Sudah lama sebenernya saya pingin cerita soal inhalasi untuk meredakan bronkitis, tapi dari kemarin2 gak ada waktu yang cukup lama untuk menulis panjang, gara2 sibuk berexperimen di dapur melulu. Hahaha.. Tadinya juga saya pingin posting foto Mye dan Matcha di inhalasi di facebook saya, tapi ah saya pikir itu bisa terkesan exploitasi anak banget nunjukin kalo mereka seperti yang "menderita", saya juga takut terkesan "cari perhatian" dan saya sedang belajar berusaha jadi ibu yang tidak mengexploitasi foto anak yang sedang sakit, jadi saya rasa lewat blog akan lebih baik menjelaskannya.
So, anyway, beberapa waktu lalu anak-anak saya batuk2 yang lumayan parah. Berdahak dan suara napasnya berat sekali, bersuara seperti grok2 gitu karena terlalu banyak lendir/dahak. Sering kali mereka terbatuk di malam hari sampai terbangun dan susah tidur, terutama Matcha, si kecil yang waktu itu belum genap 1 tahun. Kasian sekali melihat mereka batuk sampai berminggu2. Saya sudah pergi ke dua dokter, awalnya mereka bilang ya batuk pilek biasa dan memberi obat batuk pilek sirup untuk melegakan hidung tersumbat dan melegakan tenggorokan. Salah satu dokter di klinik dekat rumah memberikan obat batuk pilek sirup dan antibiotik kepada Matcha, tapi saya selalu "curang" dengan dokter tersebut dan tidak memberikan antibiotik tersebut kepada Matcha. Saya perhatikan dokter tersebut selalu memberikan antibiotik kepada anak2 saya setiap kali di diagnosa batuk pilek biasa. Berbeda dengan dokter yang satu lagi yang di RS Shounan Atsugi yang biasanya hanya memberikan obat batuk pilek sirup saja dan tidak memberikan antibiotik. Tentu saja saya setuju dengan dokter RS Shonan karena antibiotik biasanya tidak dibutuhkan untuk batuk pilek biasa. Terlalu sering mengkonsumsi antibiotik akan membunuh bakteri yang baik dan pada akhirnya resistensi tubuh terhadap antibiotik akan meningkat dan tubuh kita akhirnya hanya mempan dengan antibiotik yang dosis tinggi. Makanya sebisa mungkin saya tidak memberikan antibiotik. Batuk pilek biasanya disebabkan oleh virus dan virus biasanya akan sembuh dengan sendirinya, mungkin istilahnya sih tidak ada obatnya, dan virus tidak bisa "dibunuh" oleh antibiotik yang notabene adalah "pembunuh bakteri".
So, anyway, beberapa waktu lalu anak-anak saya batuk2 yang lumayan parah. Berdahak dan suara napasnya berat sekali, bersuara seperti grok2 gitu karena terlalu banyak lendir/dahak. Sering kali mereka terbatuk di malam hari sampai terbangun dan susah tidur, terutama Matcha, si kecil yang waktu itu belum genap 1 tahun. Kasian sekali melihat mereka batuk sampai berminggu2. Saya sudah pergi ke dua dokter, awalnya mereka bilang ya batuk pilek biasa dan memberi obat batuk pilek sirup untuk melegakan hidung tersumbat dan melegakan tenggorokan. Salah satu dokter di klinik dekat rumah memberikan obat batuk pilek sirup dan antibiotik kepada Matcha, tapi saya selalu "curang" dengan dokter tersebut dan tidak memberikan antibiotik tersebut kepada Matcha. Saya perhatikan dokter tersebut selalu memberikan antibiotik kepada anak2 saya setiap kali di diagnosa batuk pilek biasa. Berbeda dengan dokter yang satu lagi yang di RS Shounan Atsugi yang biasanya hanya memberikan obat batuk pilek sirup saja dan tidak memberikan antibiotik. Tentu saja saya setuju dengan dokter RS Shonan karena antibiotik biasanya tidak dibutuhkan untuk batuk pilek biasa. Terlalu sering mengkonsumsi antibiotik akan membunuh bakteri yang baik dan pada akhirnya resistensi tubuh terhadap antibiotik akan meningkat dan tubuh kita akhirnya hanya mempan dengan antibiotik yang dosis tinggi. Makanya sebisa mungkin saya tidak memberikan antibiotik. Batuk pilek biasanya disebabkan oleh virus dan virus biasanya akan sembuh dengan sendirinya, mungkin istilahnya sih tidak ada obatnya, dan virus tidak bisa "dibunuh" oleh antibiotik yang notabene adalah "pembunuh bakteri".
Setelah dua minggu batuk terus menerus akhirnya saya memutuskan pergi ke dokter lagi, kali ini ke dokter RS Shonan dan kedua anak saya di diagnosa dengan bronkitis. Awalnya saya sangat kaget dan kawatir dengan diagnosa bronkitis, tapi dokter bilang jangan kawatir, biasanya bronkitis disebabkan oleh virus dan memang bisa bertahan berminggu2. Dokter RS Shonan hanya memberikan obat batuk sirup dan tidak memberikan antibiotik. Tapi khusus untuk Matcha, dokter memberikan sejenis patch (stiker/plester kecil) yang mengandung obat tertentu (saya kurang tahu apa obatnya karena tulisannya tulisan Jepang) untuk mengurangi batuk pada malam hari sehingga Matcha bisa tidur tenang. Dokter yang di klinik dekat rumah juga sempat memberikan patch yang sama. Patch tersebut dipasang di daerah sekitar dada atau punggung selama 24 jam lalu baru diganti untuk 24 jam berikutnya, jadi dokter memberikan sebanyak 7 patch untuk seminggu.
Lalu saya mulai mencari2 informasi tentang bronkitis pada anak di internet dan memang seperti yang dokter bilang bahwa sebagian besar bronkitis disebabkan oleh virus dan sebenarnya tidak membutuhkan antibiotik, kecuali sang dokter melihat gejala lain yang mengindikasikan infeksi sekunder yang membutuhkan antibiotik. Tapi biasanya dengan obat batuk biasa maka si bronkitis akan sembuh. Salah satu ciri bronkitis lainnya, selain napas yang grok2 atau bahasa kerennya wheezing, adalah batuk2 yang sangat menggangu saat malam/dini hari menuju subuh. Akibatnya sang anak bisa terbangun dan sulit tidur dan kalau anak tersebut sudah sekolah, mereka bisa mengantuk di sekolah dan bisa menurunkan konsentrasi anak saat di kelas karena mengantuk dan mungkin akan menggangu prestasi akademis mereka karena kurang tidur akibat terganggu oleh batuk2.
Dalam artikel2 yang saya temukan di internet, disebutkan juga alternatif lain untuk meredakan bronkitis adalah dengan memberikan "mandi uap" kepada si penderita bronkitis. Biasanya saat mandi, sebaiknya kamar mandi dibuat seperti sauna jadi ada uap air dari air panas dan sang penderita berdiam di dalam selama 10-15 menit menghirup uap tersebut. Kalau misalnya di rumah menggunakan shower dan punya pemanas air yang bisa dilakukan adalah sebelum mandi kita nyalakan shower dengan air panas, tutup pintu kamar mandi dan biarkan air mengalir sampai ruang kamar mandi penuh uap lalu baru kita masuk untuk mandi.
Setelah saya membaca artikel2 tersebut akhirnya saya mencoba "mandi uap" untuk Matcha. Tapi memang efeknya ternyata tidak terlalu nyata dibandingkan dengan si patch. Lalu saya berpikir mungkin Matcha itu harus di terapi uap dengan sejenis masker oksigen yang suka ada di rumah sakit. Saya ingat keponakan saya pernah di terapi uap (inhalasi) di RS Pondok Indah saat waktu itu didiagnosa ada kecenderungan alergi terhadap debu dan dengan diinhalasi keponakan saya membaik. Tapi sepertinya di RS Shonan tidak ada terapi uap seperti itu dan saya juga enggan untuk bertanya.
patch yg dipasang di daerah punggung atau dada utk membantu melegakan napas |
Saat Matcha dan Mye masih bronkitis kita kebetulan berlibur ke Korea selama dua hari dan lalu melanjutkan perjalanan ke Indonesia untuk berlibur selama 2 minggu. Memang bukan waktu yang tepat buat mereka untuk berlibur, tapi apa boleh buat, visa ke Korea sudah dapat dan tiket sudah di beli. Di pesawat Matcha sempat muntah diatas pesawat karena batuk2 parah, kasian juga Matcha. Selama di Korea mereka terus2an batuk dan pilek, terlebih lagi karena di Korea saat itu dingin sekali, waktu itu bulan desember, dan suhu udara saat itu adalah -12 derajat sajah. =.=" Tapi kita positif thinking mungkin kalau sudah ke Indonesia, dimana cuaca lebih hangat mereka akan membaik juga. Lalu kita juga berpikir untuk membeli alat untuk inhalasi anak2, seingat kita sepertinya kakaknya suami saya pernah juga cerita kalau dia punya alat inhalasi untuk anak2nya.
alat inhalasi yang kami beli, lucu ya bentuknya pinguin karena memang khusus untuk anak2, yang disebelah kanan berwarna silver adalah transformer untuk 220v ke 110v karena di Jepang menggunakan 110v |
Saat di Jakarta, benar saja kakaknya suami saya langsung menyarankan kita untuk membeli alat inhalasi di Century atau Guardian. Ada banyak jenis alat inhalasi nebulizer yang bisa kita temukan di pasaran, yang harus diperhatikan saat membeli alat inhalasi adalah yang butiran uapnya (mist) kecil dan kecepatan mistnya tinggi supaya bisa dengan tepat dan cepat menuju sasaran untuk meredakan napas yang grok2. Untuk inhalasi dibutuhkan larutan Sodium Cloride (larutan garam) dan biasanya kakak suami saya menggunakan Bisolvon Solution (larutan Bromhexin HCl) untuk meredakan batuk. Larutan2 tersebut bisa dibeli di apotik2 seperti Century atau Guardian. Biasanya larutan sodium cloride dijual dalam kemasan 25 ml dan Bisolvon Solution 50 ml. Harga untuk sodium cloride kalau tidak salah Rp. 12.000an per botol, sedangkan Bisolvon Solution agak mahal sekitar Rp. 100.000.
Dosis untuk anak di bawah satu tahun sampai 2 tahun, seperti untuk Matcha, waktu itu kakak suami saya menyarankan 20 tetes (2 ml) larutan Sodium Cloride dan 10 tetes (1ml) Bisolvon Solution. Sedangkan untuk Mye yang sudah 3 tahun, 20 tetes larutan sodium cloride dan 20 tetes Bisolvon solution. Dalam sehari sebaiknya di inhalasi 2 kali, pagi setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur.
Awal2 di inhalasi Matcha brontak2 karena tidak nyaman di inhalasi, tapi setelah 3-4 kali di inhalasi lama2 dia terbiasa dan malah akhirnya tenang kalau di inhalasi dan suka tertidur selama di inhalasi! Hahaha... Setelah sekitar 3 atau 4 hari di inhalasi, Matcha menunjukkan kemajuan yang baik dan batuknya sangat berkurang, terutama napas grok2nya yang sangat berkurang, hingga akhirnya bener2 sembuh dan saya lega banget setelah berminggu2 akhirnya Matcha sembuh juga. Kemudian kami membeli sodium cloride dan bisolvon solution lagi untuk persediaan selama di Jepang, in case kita membutuhkan lagi tapi tidak tersedia di Jepang.
Alternatif lain jika anak batuk berdahak dengan parah dan napas grok2, kita bisa minta ke dokter anak untuk disedot dahak/lendirnya. Karena anak2 kan tidak seperti kita yang bisa mengeluarkan dahak melalui batuk dan membuangnya, anak2/bayi biasanya setelah batuk menelan kembali dahaknya. Tidak berbahaya sih tapi pasti rasanya kan tidak selega kita orang dewasa yang bisa mengeluarkan dahak kita.
Mye dan Matcha saat di inhalasi. Alhamdulillah dua2nya anteng kalau di inhalasi. ^_^ |
Saat kami pulang ke Jepang, di pesawat ternyata ada beberapa anak yang batuk2 parah. Yang menyebalkan adalah ada salah satu anak yang batuknya parah sekali dan tidak dipasangkan masker penutup mulut oleh orangtuanya dan si anak itu kalau batuk menghadap ke mana2 tanpa menutup mulutnya jadi virus menyebar kemana2. Waduh saya saat itu kawatir banget kalau anak2 kayanya sampai di Jepang bakal batuk2 lagi. Untungnya si anak tersebut duduk agak jauh dari kita tapi itu tidak membuat saya lebih tenang karena ternyata ada anak lain yang duduk di barisan sebelah saya yang batuk2 juga. Tapi berbeda dengan anak yang batuknya seenaknya, yang ini lebih "sopan" dalam artian terkendali dan orang tuanya ternyata membawa alat inhalasi yang mirip sekali dengan yang saya beli. Wah!! Ternyata senasib saya... hahahaha... Tapi dia membawa alat inhalasi ke cabin dan mencoba untuk menginhalasi anaknya saat diatas pesawat. Sayangnya anak tersebut tidak bisa di inhalasi karena voltase alatnya tidak sesuai dengan voltase listrik yang di atas pesawat. Sepertinya mereka membeli alat tersebut di Jepang, karena saya lihat colokan listriknya berbentuk gepeng.
Setelah melihat orang tua tersebut mencoba menginhalasi anaknya, saya berpikir jangan2 di Jepang memang tersedia larutan sodium cloride dan larutan bromhexin HCl untuk inhalasi. Mungkin saya bisa minta ke dokter yang di RS Shonan.
Yang saya kawatirkan tentang batuk2 saat sampai di Jepang ternyata benar. Setelah sekitar 3 hari sampai di Jepang anak2 mulai batuk2 lagi. Wah gimana ini, padahal Mye waktu itu punya jadwal vaksin seminggu setelah sampai di Jepang. Terpaksa pas ke dokter saya batalkan vaksin Mye dan saya bertanya kepada dokter apakah saya bisa mendapatkan obat untuk inhalasi. Saya tunjukkan foto obat yang saya gunakan dan alat inhalasi yang saya gunakan. Tanpa banyak masalah sang dokter memberikan resep untuk larutan sodium cloride, larutan tersebut ternyata ada di list obat sang dokter dan dia bisa membuatkan resep untuk saya dengan mudah dan obatnya GRATIS!!! Yeay!!! Dokter bilang "Just ask me and i will give it to you for free, don't worry", Yippie!!! Tapi sayangnya mereka tidak punya larutan bromhexin HCl. Saya pikir ya tidak apa2 lah, yang penting mereka bisa saya inhalasi. Yang saya senang dengan larutan sodium cloride di sini adalah dikemas dalam kemasan 2 ml, jadi satu kali pakai, jadi tidak kawatir akan tumpah jika harus dibawa saat travelling. Kalau yang beli di Indonesia kemasannya tidak bisa ditutup lagi, sehingga kita harus tutup rapat dengan plastik dan karet, itupun sering2 sih tumpah karena memang tidak bisa rapat tutupnya.
Setelah beberapa minggu Matcha sembuh, Matcha terkena bronkitis lagi dan kali ini dokter memutuskan memberikan inhalasi untuk Matcha di rumah sakit dengan obat baru. Jadi selain diberi obat flu biasa (obat flu untuk hidung tersumbat, hidung meler dan batuk2) dokter memang menyatakan perlu diinhalasi karena setelah inhalasi suara wheezing di paru2 Matcha memang hilang, tapi bisa muncul kembali setelah 2-3 jam, maka itu perlu diinhalasi setidaknya 2-3 kali sehari. Kali ini dokter memberi resep obat inhalasi baru. Selain larutan garam, dokter mengganti inhalation solution menjadi Meptin. Dosisnya adalah 2ml larutan garam dicampur dengan larutan Meptin 0.2ml. Dengan obat yang baru Matcha alhamdulillah sembuh dalam waktu yang tidak lama. Pada tahap ini dokter akhirnya menyatakan kalau Matcha memang harus dibeli obat yang cukup dan tepat supaya bronkitisnya tidak berkembang menjadi asma. Mungkin pada saat itu dokter melihat Matcha sudah terlalu sering terkena bronkitis.
Setelah beberapa minggu Matcha sembuh, Matcha terkena bronkitis lagi dan kali ini dokter memutuskan memberikan inhalasi untuk Matcha di rumah sakit dengan obat baru. Jadi selain diberi obat flu biasa (obat flu untuk hidung tersumbat, hidung meler dan batuk2) dokter memang menyatakan perlu diinhalasi karena setelah inhalasi suara wheezing di paru2 Matcha memang hilang, tapi bisa muncul kembali setelah 2-3 jam, maka itu perlu diinhalasi setidaknya 2-3 kali sehari. Kali ini dokter memberi resep obat inhalasi baru. Selain larutan garam, dokter mengganti inhalation solution menjadi Meptin. Dosisnya adalah 2ml larutan garam dicampur dengan larutan Meptin 0.2ml. Dengan obat yang baru Matcha alhamdulillah sembuh dalam waktu yang tidak lama. Pada tahap ini dokter akhirnya menyatakan kalau Matcha memang harus dibeli obat yang cukup dan tepat supaya bronkitisnya tidak berkembang menjadi asma. Mungkin pada saat itu dokter melihat Matcha sudah terlalu sering terkena bronkitis.
Mulai sekarang kalau kira2 Matcha sudah mulai batuk dan batuknya terdengar berat, terutama di malam hari, saya langsung inhalasi untuk meredakan batuk dan untuk mencegah jangan sampai bronkitis lagi. Sejauh ini dengan cara memberi inhalasi sebelum bronkitis menjadi parah, batuk Matcha bisa teratasi lebih baik dan sangat mengurangi suara wheezing di paru2 nya.