Anak kecil adalah makhluk Tuhan yang paling polos & lugu, juga lucu sekaligus nakal atau jahil. Tentu saja tidak semua manusia di dunia ini menyukai anak kecil. Beberapa waktu lalu saya membaca sebuah artikel tentang memiliki anak dalam keluarga, artikel tersebut saya baca dari website luar negeri, dan saya cukup kaget pas melihat komentar2 dibawah artikel tersebut bahwa banyak sekali pasangan yang memutuskan untuk tidak memiliki anak. Ya, tentu saja hal tersebut sebenarnya banyak terjadi di negara2 barat. Menurut mereka yang tidak ingin memiliki anak, anak adalah sesuatu yang membebankan hidup mereka, mengganggu karir mereka & tidak menyenangkan. Saya sendiri kenal beberapa orang yang tidak ingin memiliki anak dalam hidup mereka, bahkan saat mereka sudah menikah. Saya termasuk orang yang terbuka dan saat beberapa orang tersebut bercerita tidak ingin memiliki anak kepada saya, saya sih bisa terima. Tapi mungkin untuk sebagian orang lainnya mungkin akan berpikiran negatif, apalagi bagi orang timur yang sebagian besar tujuan mereka untuk menikah adalah untuk memiliki keturunan. Sedangkan untuk orang2 dari negara barat banyak yang menikah bukan karena untuk memiliki keturunan saja, tapi berbagi hidup dengan pasangan, berbagi kasih sayang, saling menghargai & menghormati tanpa harus ada kehadiran anak. Coba saja kalau di Indonesia kan pasti setelah sepasang kekasih menikah pasti pertemuan berikutnya mereka akan dibombardir pertanyaan "sudah isi belum?" "kapan nih punya momongan?", kalau di negara2 barat hal tersebut adalah hal yang tidak sopan untuk ditanyakan karena bersifat sangat pribadi. Mereka bisa saja loh marah karena pertanyaan tersebut.
ooppsss.. :p gini nih klo jahilnya keluar... hehehe.. |
Seperti di Jepang, banyak wanita karir yang tinggal di kota2 metropolitan seperti Tokyo yang sepertinya mereka tidak antusias untuk memiliki anak. Bahkan mereka terkadang melihat seperti "jijik" kepada anak kecil. Padahal sebenarnya anak kecil tersebut tidak melakukan hal yang melewati batas. Mungkin hal ini tidak hanya terjadi pada diri saya, tapi saat saya sedang jalan2 dengan anak saya di kereta atau bis, lalu anak saya dipangku dan disebelah saya ada seorang wanita yang berdandan rapi dan terlihat "berkelas", wanita tersebut kadang terlihat tidak nyaman berada disamping saya. Apalagi saat misalnya anak saya menggoyang2kan kakinya, lantas wanita tersebut selalu terlihat membersihkan rok atau celananya, padahal terkena sepatu anak saya saja tidak. Kadang tidak hanya wanita, tapi ada juga pria yang berdandan rapi juga melakukan hal yang sama. Kalau saya lihat mereka itu tidak terlalu muda, saya rasa mereka usianya 30an. Kalau mereka takut kena ya pindah tempat duduk saja, masa kita yang membawa anak yang harus pindah? Lagipula yang namanya tempat duduk di kereta atau bis kan sebagian besar ditujukan bagi mereka yang hamil, membawa anak, lansia, memiliki keterbatasan dan sakit. Kalau mereka sehat2 saja, ya silahkan saja berdiri atau cari tempat duduk lain.
everything out so Mye can be in the box... :p |
Lain hal jika saya berada di restoran. Anak saya yang berusia 1,5 tahun tentu saja sedang senang2nya gratak sana sini, dalam usia ini memang anak2 lagi "gak bisa diam". Saya suka membawakan brokoli rebus untuk anak saya dan saya suka membiarkan dia untuk mencoba makan sendiri dengan garpunya. Pastinya umur 1,5 tahun dia belum bisa benar2 menyuap sendiri makanannya tapi dia mencoba dengan bantuan kita tentunya. Untuk umur segini yang namanya makan rapi tidak belepotan sepertinya susah dan harusnya semua orang bisa memaklumi hal tersebut. Namun terkadang orang yang berada disamping kita itu melihat anak kita belepotan koq tidak suka ya? Lalu apakah dengan demikian mereka jadi tidak nafsu makan?
Saat berjalan2 di mall kita juga sering menemukan balita2 yang lari sana sini, berteriak kencang, menangis kejer, ngamuk, dsb. Hal demikian memang suka kita temui dan mungkin anak kita juga melakukannya. Saya sendiri mungkin akan agak terganggu bila sedang berjalan2 dan anak saya sedang tidur lalu menemui seorang anak yang berteriak2 terus tanpa henti atau menangis kejer. Saya akan khawatir kalau anak saya terbangun, tapi mau bagaimana lagi, ya saya harus maklum, saya juga seorang ibu dan kalau saya berada dalam kondisi ibu si anak itu mungkin saya juga bingung. Maka itu saya memilih untuk berjalan ke arah lain menghindari suara berisik tersebut. Tidak susah kan? Tapi bagaimana kalau ada yang berteriak2 atau menangis kejer saat kita di dalam kereta atau bis? Kita kan gak bisa menghindar? Ya sudahlah, terima saja kondisi tersebut, tidak perlu marah kan? Kejadian seperti itu kan tidak kita temui setiap hari. Kita mencoba berempati saja kepada orang tua anak tersebut dan membayangkan kalau kita dalam kondisi mereka bagaimana. Kita sebagai orang yang sudah dewasa harusnya yang bisa memaklumi bukan kita lantas bergumam marah2 dan memasang muka tidak suka.
Jika ada orang memutuskan untuk tidak memiliki keturunan, ya itu sih hak mereka, kita tidak berhak untuk menghakimi mereka karena itu pilihan hidup mereka. Tapi mereka juga harus bisa menghormati hak orang lain yang memutuskan untuk memiliki anak dan membesarkan anak mereka. Bagi yang tidak menyukai anak ya jangan lantas memberikan pandangan yang sinis kepada mereka yang punya anak. Jika tidak suka melihat mereka ya menghindar saja. Apakah dengan adanya orang2 yang tidak menyukai anak kecil lalu kita yang memiliki anak kecil harus mengurung diri di rumah saja dan tidak jalan2 hanya karena untuk menghindari masalah?? Apakah kita lantas harus "mengikat" anak kita dan membatasi kreativitas dan ekspresi mereka?? Mendidik anak memang bukan hal yang mudah, saya sendiri setiap hari harus belajar lagi, lagi dan lagi dalam mendidik anak, hingga detik ini pun saya masih merasa tidak punya ilmu apa2 dan nilai saya masih merah. Bagaimanapun juga saya terus mencoba supaya anak saya bisa berkelakuan baik saat berada di tempat umum agar tidak menggangu orang lain. Jika kita yang mempunyai anak bisa menjaga perasaan orang yang tidak memiliki anak, kenapa yang tidak memiliki anak tidak bisa melakukan hal yang sama??