2011/10/25

Percaya Mitos atau Pakai Logika?

Semua orang pasti tahu dan sudah biasa mendengar kata "pamali" yang ditujukan untuk hal2 berbau "tidak boleh dilakukan" karena cerita mitos tertentu. Kenapa ya banyak sekali mitos yang kita kenal? Mungkin sebut saja "anak gadis pamali duduk di pintu katanya susah jodoh" padahal mah kalau duduk di pintu kan memang menghalangi orang jalan. Atau ada mitos lain seperti "kalau lagi haid jangan keramas" tapi tidak jelas alasannya kenapa. Lalu untuk mitos2 tidak jelas ini kenapa harus diikuti atau dipercaya? Kalau dari segi logika, apa ya hubungannya tidak boleh keramas dengan haid? Kan keramas itu untuk menjaga kebersihan badan, koq dilarang2. 

Minggu lalu saya potong rambut sendiri, hal itu udah biasa saya lakukan sejak 2 tahun yang lalu karena saya pikir saya pakai jilbab, repot kalau harus ke salon, apalagi di rantau tidak ada salon khusus wanita dan satu lagi adalah biaya salon di Belanda maupun di Jepang ternyata mahal sekali, jadi selain untuk menghemat, saya pikir ini untuk "uji kebolehan" saya... hahahaha... Semakin kemari memang kemampuan potong rambut sendiri semakin lihai dan saya rasa siapapun bisa melakukannya juga. Lalu saya bercerita ke sepupu saya soal saya potong rambut sendiri, eh, dia bilang "emang gak papa? kan lagi hamil?". Lantas saya tanya "apa hubungannya hamil dengan potong rambut sendiri?". Dia jawab "ya cuma mitos aja sih, gak tau juga kenapa". Saya juga memotong rambut saya sendiri saat hamil yang pertama dan sepertinya tidak ada yang mengatakan apa2. 

Menurut saya saat ini hal2 demikian harus dipikir menggunakan logika, jangan asal ikut2an saja. Misalnya mitos "jangan membeli pakaian atau perlengkapan bayi sampai usia kandungan 7 bulan", waduh maaf saja, kalau mitos kaya gitu diikuti pas saya di Belanda ya gak mungkin, soalnya saat kita memasuki usia kandungan 7 bulan malah perlengkapan bayi harus sudah lengkap semua dan akan diperiksa oleh bidan apakah sudah lengkap, sudah benar/sesuai. Kalau tidak sesuai ya harus diganti/ditukar atau kalau ada yang kurang harus ditambah. Jadi saya sudah mulai belanja sejak usia kandungan 4 atau 5 bulan. Kalau dipikir2 ada benarnya juga semua harus sudah tersedia saat usia kandungan 7 bulan, karena mungkin mereka mencegah kalau2 bayi kita lahir prematur 7 bulan maka semua perlengkapan sudah siap. Coba kalau misalnya melahirkan prematur lalu belum ada persiapan apa2, apa gak bingung tuh? Mungkin kalau di Indonesia kita masih ada orang tua atau saudara yang bisa belikan semua, tapi kalau di rantau saat kita jauh dari orang tua dan sanak saudara bagaimana? Masa minta tolong teman? Belum tentu kan teman kita mengerti apa yang harus dibeli. Lalu menurut saya belanja saat perut sudah besar adalah hal yang kurang nyaman. Kita sering cepat capek, dengan perut semakin besar juga kita cenderung beser ke toilet melulu, kalau belanja berdesak2an juga tidak nyaman karena kita akan bersenggolan dengan orang lain, apalagi kalau yang kena senggol perut, kan gak enak. 

Tapi satu mitos yang saya ikutin saat hamil adalah "tidak gembar-gembor kepada orang banyak soal kehamilan sampai usia kehamilan diatas 12 minggu (3 bulan)". Menurut saya mitos itu benar dan kalau dipikir dengan logika usia kehamilan 0-3 bulan adalah usia kehamilan yang cukup rentan bagi beberapa wanita dan bisa mengalami keguguran. Jadi misalnya kita sudah gembar-gembor bilang hamil dari usia misalnya 5 atau 6 minggu lalu mengalami keguguran (amit2 jabang bayi..), nanti kita sendiri yang pastinya sakit hati, sedih dan capek harus menjelaskan ke orang2 kalau kita keguguran. Ujung2nya mungkin kita segan bertemu dengan teman2 atau keluarga karena takut ditanyakan soal kehamilan kita. Namun demikian, saya lihat fenomena mitos ini sudah dihilangkan oleh beberapa teman2 atau saudara2 saya. Jangankan saat benar2 sudah hamil (sudah dinyatakan dokter benar hamil), baru telat haid saja dan belum periksa ke dokter kandungan atau baru test pack saja sudah bercerita. Mungkin saking senangnya jadi tidak bisa menahan diri. Saat orang dilanda kebahagiaan yang sangat amat, logika memang akhirnya suka kalah ya... hehehe... Menurut saya sih, ini sih cuma pendapat saya aja loh (nanti banyak yang protes lagi.. hehehe...) kalau hamil belum 12 minggu mungkin sebaiknya kita hanya sharing dengan orang tua, saudara dekat (saudara kandung) dan sahabat terdekat saja, tapi tidak perlu bikin pengumuman dimana2.

Satu mitos besar lainnya yang cukup bikin heboh di keluarga saya adalah "laki2 sunda tidak boleh menikah dengan perempuan jawa". Katanya istilahnya itu sang laki2 bisa "kalah", mungkin dalam karir, dalam memimpin rumah tangga, dsb. Cerita mitos itu sebenarnya berawal dari masalah "harga diri" dimana pihak Jawa merasa dirinya lebih terhormat dari Sunda karena kerajaan Jawa lebih tua daripada kerajaan Sunda. Alasan kedua adalah karena terjadinya perang Bubat (1279 M) antara Kerajaan Jawa dengan Kerajaan Sunda dan pihak Sunda merasa harga dirinya dihina karena dalam perang tersebut putra-putri dari kerajaan Galuh dibantai oleh kerajaan Majapahit. Hadeehh.. yang kaya gini udah beratus2 tahun yang lalu masih aja dipercaya ya? Kan katanya Bhineka Tunggal Ika, jadi harusnya yang membawa2 nama suku atau adat tertentu dihilangkan donk ya? Hehehe... Saya rasa, kalaupun terjadi hal2 yang negatif dengan pasangan laki2 sunda dengan istri jawa, kayanya hanya kebetulan saja, tidak semua pasangan mengalami hal tidak baik, malah ada saja tuh yang langgeng, sejahtera & baik2 saja. Rumah tangga kan dibangun atas dasar rasa setia, saling menghargai, kasih sayang, dan elemen2 pendukung lainnya tapi bukan berdasarkan mitos.

Kalau dipikir2 di Indonesia banyak sekali ya mitos2. Mungkin bahkan masih banyak mitos yang belum saya tahu. Tapi kalau kita selalu mengaitkan semua hal dengan mitos dan tidak menggunakan logika kapan kita majunya donk ya? Hehehe...



No comments:

Post a Comment