2011/12/02

Foremilk & Hindmilk dalam ASI

Seneng banget minggu lalu saat buka facebook, teman saya posting soal foremilk dan hindmilk yang terdapat dalam ASI. Sudah lama saya cari2 penjelasan soal foremilk dan hindmilk dalam bahasa Indonesia tapi tidak menemukan yang bagus. Saya awalnya mengetahui foremilk dan hindmilk dalam ASI saat kehamilan pertama saya dari cerita teman saya di Belanda. Saat itu dia baru saja melahirkan di Belanda dan kita yang ibu2 muda sedang berkunjung untuk melihat bayinya. Dia share cerita soal cara menyusui yang baik dan benar, informasi seputar ASI dan hal2 seputar bayi & segala keindahan yang dialaminya. Terutama sih dia share cerita tentang pengetahuan yang dia dapat dari kraamzorg-nya. Cerita tentang kraamzorg teman2 bisa baca di bagian "My Experience Having a Baby in The Netherlands: Bag. 4 Belajar dari Kraamzorg". Saya juga sudah pernah menyinggung sedikit soal foremilk dan hindmilk dalam ASI dalam cerita tersebut, tapi informasinya memang minim sekali. Saya juga membaca sedikit soal foremilk dan hindmilk dari buku panduan Ibu dan Bayi yang dikeluarkan oleh pemerintah Belanda. Nah sekarang saya mau share tentang detailnya yang saya ambil dari hasil share teman saya dan juga dari pengalaman yang saya dapat. :)

Jadi selain istilah kolostrum dalam ASI yang sudah lebih dulu terkenal, ada juga yang namanya foremilk dan hindmilk. Mungkin masih banyak yang tidak familier dengan kedua istilah terakhir. Kalau kolostrum pasti teman2 tahu kalau itu adalah cairan susu yang pertama kali keluar yang biasanya berwarna kekuningan dan agak kental.

Foremilk adalah ASI awal yang keluar setiap kali bayi menyusui. Biasanya encer dan memiliki kandungan lemak yang lebih rendah, juga mengandung protein, karbohidrat dan vitamin. Foremilk akan menghilangkan rasa haus dan kebutuhan cairan sang bayi.

Hindmilk adalah ASI yang keluar setelah beberapa menit saat sang bayi menghisap ASI. Hindmilk mengandung lebih banyak lemak dan kalori yang dibutuhkan bayi untuk menambah berat badan, memiliki lebih banyak nutrisi penting untuk pertumbuhan dan memenuhi rasa lapar sang bayi. Penampakan hindmilk akan lebih kental, lebih putih dan cerah.

Penting untuk bayi untuk menerima foremilk dan hindmilk secara seimbang supaya nutrisi yang didapat lengkap. Salah satu cara yang bisa dilakukan agar sang buah hati bisa mendapat foremilk dan hindmilk yang seimbang adalah dengan menyusui dengan satu payudara hingga kosong (sekitar 15-20 menit) kemudian dilanjutkan dengan payudara yang sebelahnya untuk beberapa menit atau dengan jumlah waktu yang sama dengan payudara sebelumnya. Hal ini dilakukan supaya bayi bisa menghisap seluruh foremilk dan hindmilk. Berdasarkan yang diajarkan ke saya oleh bidan Belanda sih memang setiap menyusui satu payudara itu memang harusnya sekitar 15 menit baru berganti ke payudara lain dengan jumlah waktu yang sama.

Kemudian tips lain supaya bayi bisa mendapat foremilk dan hindmilk secara seimbang bisa dengan cara, misalnya, sekarang kita pertama menyusui dengan payudara kiri lalu dilanjutkan dengan payudara kanan, maka untuk saat menyusui selanjutnya dimulai dengan payudara kanan terlebih dahulu baru dilanjutkan dengan yang kiri. Begitu seterusnya. Hal ini karena pada payudara terakhir yang kita berikan pada bayi saat menyusui masih mengandung hindmilk. Mungkin karena pada payudara terakhir yang kita berikan kepada bayi payudara kita tidak sampai kosong, tidak seperti pada payudara pertama yang kita berikan. Kalau dulu saya supaya tidak lupa saya suka mencatat payudara mana yang terakhir saya berikan untuk menyusui supaya berikutnya tidak tertukar. Tapi kalau kita bisa mengingat dengan baik sih tidak dicatat tidak masalah. 

cyh.com

Saya sendiri baru tahu kalau bayi bisa mengalami yang namanya ketidakseimbangan foremilk dan hindmilk. Gejala bayi yang mengalami ketidakseimbangan foremilk dan hindmilk antara lain: 

1. Pup setiap kali menyusu
2. Gumoh
3. Pup berwarna hijau
4. Pup mengandung darah
5. Selalu ingin menyusu, terlihat tidak puas
6. Sering buang gas
7. Berat badan naiknya sedikit
8. Ruam popok karena pupnya asam

Alhamdulillah saat Mye menyusui tidak mengalami gejala2 tersebut, tapi mungkin kalau bayi teman2 mengalami gejala2 tersebut teman2 harus mengingat2 kebiasaan teman2 menyusui bagaimana. Apakah hanya sebentar-sebentar saat menyusui pada satu payudara? Atau mungkin produksi ASI teman2 terlalu banyak sehingga sang buah hati tidak sampai menghisap hindmilk karena foremilknya terlalu banyak. Atau sang bayi tertidur saat diberi ASI?

Yang teman2 bisa lakukan antara lain adalah pastikan kalau teman2 menyusui antara 15-20 menit. Kalau produksi ASI terlalu banyak, jangan malas untuk memerah ASI dan menyimpannya. Kalau bayi tertidur saat baru menyusui, pastikan berikan "gangguan" pada bayi saat menyusui agar tidak tertidur, mungkin dengan "mencolek2" pipinya saat menyusui... :) Lalu setelah selesai menyusui satu payudara ganti popoknya. Walaupun bukan saatnya untuk mengganti, tapi coba di taro di tempat ganti popok lalu buka popoknya, di lap2 sedikit dan pasangkan popoknya lagi, hal ini dilakukan supaya sang bayi terbangun & seger lagi. :)

Jadi ingat loh, menyusui memang membutuhkan waktu, maka itu kalau teman2 sedang menyusui di nursery room di mall2 tidak perlu buru2, take your time and enjoy it,  toh kalau bayi kita kenyang kita pun jalan2 dengan lebih tenang. Dan buat teman2 lainnya yang mungkin mengantri untuk menyusui, sabar2 menunggu ya, jangan lantas marah2 & "ngedumel" kalau ada yang sedang menyusui dan menyusuinya lama. Saya ingat pas sedang menyusui di salah satu mall di daerah Jakarta Utara, karena tempat ganti popok dan menyusuinya sempit hanya muat satu orang, eh yang antri di belakang saya marah2, padahal menyusui kan butuh waktu. Semoga informasi tadi berguna buat teman2 dan semoga juga bisa memberi semangat lebih lagi buat teman2 yang sedang menyusui saat ini juga untuk calon ibu yang akan menyusui bayinya. :D




2011/11/29

My Pregnancy in Japan: Edisi Curhat :p

7 months belly... :)
Setiap orang yang hamil mengalami pengalaman yang berbeda2, kondisi yang berbeda2 dan cerita yang berbeda2. Kebanyakan perempuan pasti di awal hamil mengalami yang namanya mual2, muntah2, ada juga yang mual & muntah selama sepanjang kehamilan. Kalau saya bahkan tidak tahu bagaimana rasanya mual & muntah selama hamil. Tapi rasa tidak nafsu makan selama trimester pertama sih iya. Untuk kehamilan kali ini selama trimester pertama malah muka saya jerawatan kecil2, mungkin karena perubahan hormon dalam tubuh saya. Padahal pas hamil dengan Mye saya tidak jerawatan. Untungnya sang jerawat kecil2 dan tidak terlalu mengganggu penampilan, tapi kadang suka gatal juga. Duh bingung deh pokoknya, saya jadi tidak bisa berdandan. Akhirnya saya pakai serum vitamin C untuk wajah dan ternyata lumayan mujarab. Selain itu saat trimester pertama kan sedang summer dan summer disini cukup panas & matahari cukup terik, jadi yang namanya pelembab tidak bisa ditiadakan, tapi saya harus pilih yang tidak bikin tambah jerawat. 

Selama kehamilan kedua ini juga sepertinya daya tahan tubuh saya tidak seperti saat kehamilan pertama. Dalam artian, dari segi fisik luar sih saya masih seperti orang tidak hamil, tetap aktif & "gagah" tapi dari segi kekebalan tubuh sepertinya payah banget. Selama hamil ini saya sudah 3 kali terkena flu dan batuk. Untuk yang pertama dan kedua lumayan parah, tapi untuk yang ketiga ini alhamdulillah tidak terlalu parah. Saya juga takut mengkonsumsi obat2an, walaupun dokter kandungan saya sih kasih resep, tapi dia pun mengatakan kalau memang tidak parah tidak diminum juga tidak apa2. Saat flu & batuk yang pertama saya tidak minum obat sama sekali, saya hanya minum permen pelega tenggorokan saja dan alhamdulillah sembuh. Saat flu & batuk kedua, saya lumayan tidak tahan dengan batuknya jadi saya minta diresepkan obat dan saya minum. Obatnya berbentuk pil keciiiillll sekali, tapi manjur, alhamdulillah. :)  Untuk flu dan batuk yang ketiga kali saya diresepkan obat batuk yang sama dan saya makan permen jahe & permen pelega tenggorokan juga untuk membantu pemulihan.

Tapi yang paling parah sakitnya saat hamil kedua ini adalah: alergi!!!! OMG!!! Saya mengalami gatal2 yang parah disekujur punggung, dada, payudara, leher dan dagu, bahkan sampai bibir pun gatal2!!! Di sekujur punggung, dada, sedikit dibagian leher, dagu dan payudara ada bintik2 merah seperti biang keringat. Bentuknya jadi kaya bruntusan merah2 gitu dan gatal sekali terutama kalau sudah malam hari. Kadang gatal2 juga dibagian paha dan kaki tapi tidak separah yang di punggung, dada, leher & payudara. Duh! Pokoknya saya sampai tidak bisa tidur! Kalaupun sudah tertidur nanti setelah beberapa jam saya akan terbangun karena gatal2. Ya ampun.... Dokter bilang mungkin karena perubahan hormon dalam tubuh atau mungkin karena perubahan cuaca yang ekstrem karena sekarang udara tiba2 jadi dingin sekali. Winter kali ini memang datang terlambat tapi pas datang tiba2 dingiiiinnnn banget. Dulu saya juga mengalami gatal2 saat hamil Mye tapi hanya dibagian perut bagian atas dan sedikit di kaki, munculnya pun sekitar 1 bulan sebelum melahirkan. Bentuknya sama dengan yang sekarang, bruntusan merah2. Waktu itu saya cuma kasih baby lotion Zwitsal yang mengandung zinc dan cukup manjur. Kali ini dokter meresepkan saya salep. Salepnya cukup manjur juga, tapi selain itu saya juga beli lotion aloe vera dan membeli sabun mandi yang non-soap formula. Gel/lotion aloe vera memang membantu juga mengurangi gatal2 karena bikin "adem". Dan katanya kalau lagi gatal2 kita sebaiknya mandi dengan sabun yang super duper lembut, mungkin dengan sabun aloe vera juga, atau baby soap atau sabun yang non-soap formula, tapi jangan menggunakan body scrub. Selain itu salep dari dokter cuma berbentuk tube kecil, mana cukup buat sekujur punggung dan dada saya... :(  Sekarang rasa gatalnya sudah berkurang banyak dan saya sudah bisa tidur lumayan nyenyak lagi. Walaupun kadang2 terbangung juga di malam hari karena posisi tidur kurang enak, maklum kalau perut sudah besar mau tidur dengan posisi macem2 memang pasti ribet... hahaha... Ditambah Mye terkadang bangun juga malam2, alhamdulillah sekarang sih kalau bangun tidak nangis, tapi malah minta dinyanyikan lagu nina bobo andalannya. Hahaha.. Hayyaaahhhh bunda-nya lagi ngantuk berat koq disuruh nyanyi. Hahaha... 

Sebelum masalah2 kesehatan & alergi ini kita sudah lebih dulu mengalami "gangguan tidur" tapi bukan saya ataupun suami, tapi Mye. Jadi setiap tidur malam, satu atau dua jam setelah tidur malam itu Mye pasti terbangun dari tidurnya dan nangis kejer tidak jelas. Dikasih susu tidak mau, di gendong juga suka tidak mau, pokoknya diapa2in juga tidak mau. Kalau di gendong keluar kamar juga malah tambah parah. Nangisnya bisa awet sampai 1 jam. Nanti kalau dia sudah 1 jam nangis & capek ya tidur lagi. Tapi kan kalau setiap malam kita harus seperti itu ya lama2 remuk juga badan kita. Tidak kebayang kalau saya sudah hamil besar atau kalau nanti adenya Mye sudah lahir dan Mye seperti itu terus. Awalnya kadang saya suka diamkan saja kalau dia nangis, kadang berhasil juga dan tidak sampai 1 jam dia tidur lagi. Tapi ada hari2 yang Mye tidak bisa didiamkan.

Akhirnya suami saya browsing di internet soal "gangguan tidur pada balita" dan menemukan kalau ada 5% dari balita mengalami yang namanya "night terror" yaitu dimana balita terbangun setelah 1 atau 2 jam tidur malam dan nangis kejer tidak jelas. Yang parah bisa sampai 1 jam nangisnya, kalau yang biasa saja mungkin cuma 15-20 menit. Wah Mye bisa termasuk yang parah donk ya. Katanya penyebabnya bisa saja karena kecapean, terlalu aktif di siang hari, terlalu banyak nonton TV. Balita yang mengalami night terror juga bisa seperti "tidak sadar" saat terbangun dan nangis itu, jadi dia bisa sambil jalan2 seperti orang "sleepwalker". Memang beberapa kali Mye kadang suka terbangun dan jalan2 muter2 di tempatnya, lalu duduk lagi, tapi dia terlihat tidak sadar dia ada dimana. Lalu kalau balita sedang nangis kejer itu juga memang sebaiknya tidak digendong dan dibawa keluar kamar karena bisa bikin tambah parah nangisnya. Berdasarkan artikel tersebut juga, kalau balita mengalami night terror dan tidak diberi intervensi (disembuhkan/diterapi), ada kemungkinan akan berlanjut sampai besar nanti, mungkin akan seperti sleepwalker.

Jadi berdasarkan sumber artikel itu yang harus dilakukan kita sebagai orang tua adalah membuat "ritual" sebelum tidur. Jadi sekitar 1 atau 2 jam sebelum tidur sang balita didengarkan musik yang lembut mungkin seperti musik klasik atau relaxing jazz. Sebelum tidur juga balita jangan diajak "capek" jadi sebisa mungkin tidak lari2an atau tidak diajak main yang bikin "ngos2an". Satu sampai 2 jam sebelum tidur juga dilarang nonton TV, atau bahkan seharian maksimal hanya nonton TV selama 3 jam. Saat menjelang 1 hingga 2 jam setelah tidur, atau saat kira2 sang balita akan terbangun, kita juga harus siap2 untuk menepuk2 atau mengusap2 punggung sang balita, jadi sebelum balita terbangun kita sudah "siaga". Ritual lainnya yaitu membaca buku sebelum tidur dan setelah itu balita diajak tidur di tempat tidur. Intinya balita diajak untuk "tenang" dan "mengerti" kalau sudah malam dan saatnya tidur. Hari pertama percobaan yang kita lakukan adalah melakukan semua yang dianjurkan dalam artikel itu. Jadi nonton TV hanya 3 jam sehari (disini bunda-nya yang jadi bosan dirumah gak bisa nonton TV... hahahaha... ), didengarkan musik (kita pilih relaxing jazz untuk Mye), lalu Mye saya ajak cuci tangan, cuci kaki & cuci muka juga sikat gigi seperti biasanya lalu setelah itu baca buku cerita, lalu diajak tidur. Malam pertama melakukan ritual ternyata cukup berhasil, Mye tetap terbangun tapi tidak nangis dan tidur lagi. Malam kedua nangis tapi tidak lama. Malam ketiga juga cukup berhasil. Intinya selama beberapa minggu kita "terapi" ada hari2 dimana berhasil tapi ada juga hari2 dimana Mye tetap menangis. Tapi kita tidak putus asa dan terus mencoba. Sekarang kira2 sudah 2 bulan kita terus lakukan ritual2 tersebut dan alhamdulillah Mye sudah tidak terbangun dan nangis kejer lagi. Kadang bahkan kita suka skip beberapa ritual dan Mye sudah tidak mengalami night terror lagi. Sekarang Mye sudah mengerti kalau dia sudah dipakaikan piyama, sikat gigi dan baca sekitar 3 buku kesukaannya, setelah itu dia menarik bantal dan selimut dan minta susu untuk tidur. Kadang Mye tidak langsung tertidur setelah susunya habis, tapi setidaknya dia tetap dibawah selimutnya, paling sambil ngoceh2, nyanyi atau mencoba menghafal huruf dan angka. Alhamdulillah sekarang Mye bisa tidur lebih baik... :D   

me and my lovely Mye at IKEA Shin-Yokohama
Setelah Mye sudah bisa tidur nyenyak di malam hari, eh sekarang malah bunda-nya mengalami susah tidur karena tambah buncitnya perut dan karena terkena alergi.. Hayyyaaahhh... koq jadi tiada akhir ya?? Hahahahaha... Gimana kekebalan tubuh bisa 100% ya kalau kaya gini. Makanya akhirnya saya memutuskan harus rutin olahraga untuk menjaga kebugaran tubuh juga, dan ternyata kalau saya skip pilates selama 2 hari berturut2 membuat badan saya terasa "remuk" dan cepat capek. Kalau weekend saya pasti skip pilates karena weekend adalah saatnya kita jalan2, biasanya kita berangkat pagi pulang sore atau menjelang malam jadi susah mencari waktu untuk pilates. Makanya sebisa mungkin hari jumat saya tidak skip pilates, setidaknya supaya tidak skip pilates 3 hari berturut2.

Semoga setelah ini tidak ada sakit lagi dan tidak ada rasa "remuk" dan cepat capek lagi. Menanti sampai 40 minggu itu memang capek ya tapi merupakan pengalaman yang luar biasa juga merasakan janin dalam perut. Saya selalu senang dengan masa hamil karena perempuan hamil menurut saya sexy, walaupun kalau buat saya membuat saya jadi buleeedddd... Hahaha... Anyway, bagaimanapun merasakan janin dalam perut itu memang pengalaman yang unik, jadi selama 40 minggu itu memang harus bisa dinikmati semaksimal mungkin karena kita kan tidak mungkin hamil terus2an, meskipun banyak tantangan & gangguannya... Hehehe...


2011/11/14

My Pregnancy in Japan: Trimester Kedua

6 months belly... :)
Tidak terasa akhirnya sekarang usia kandungan udah memasuki usia 7 bulan, artinya trimester kedua berakhir!! Banyak banget perubahan selama trimester kedua ini, yang jelas perut tambah buncit dan makin susah melakukan beberapa gerakan. Alhamdulillah sejauh ini 28 minggu (7 bulan), berat badan naik 6 kg, kayanya beda banget dengan kehamilan pertama dimana saya naik 5 kilo dalam 3 bulan... hihihi... Walaupun agak kaget juga 2 minggu terakhir naik 1 kg!! Tp pas dilihat berat badan janin naik 400 gr. Yah lumayan lah daripada kurang dari itu. Hahaha... Lalu apakah saya diet? Tentu saja tidak! Saya tetap makan banyak dan masih banyak makan kue2 & coklat, juga es krim... Haduuhhh saya tidak bisa hidup tanpa yang manis2!! Bisa menggila!! Hahahaha... tapi mungkin karena kegiatan dirumah sangat banyak, ditambah Mye yang aktif banget brantakin barang2 jadi kerjaannya ya beres-beres terus.. :p

Selain melakukan pekerjaan rumah seperti biasanya, misalnya, vacum cleaning, pel, cuci piring, setrika baju, membersihkan kamar mandi & toilet, saya juga berusaha untuk melakukan prenatal pilates seminggu 3-4 kali, kalau lagi tidak terlalu sibuk selama seminggu, saya bisa melakukan pilates 5 kali seminggu. Tentu saja saya tidak bisa melakukan pilates saat weekend karena weekend saatnya jalan2 dengan keluarga. Tapi sering2 olahraganya diganti dengan "membersihkan kamar mandi dan toilet" yang cukup menguras energi sampai bikin ngos2an... Hahaha... Tapi membersihkan kamar mandi & toilet memang hal paling berat dilakukan dengan perut buncit saat ini karena kamar mandi & toilet di rumah sangat minimalis, alias kecil. Apa sih yang gak kecil di Jepang??  :p Jadi kalau bersihkan kamar mandi dan terutama toilet, udah mentok sana-sini. Hahaha...  

Saya memang berniat kalau untuk kehamilan kedua ini akan berbeda dari segi kesehatan. Dalam artian, saya tidak ingin berat badan saya naik secara drastis. Saya ingat saat setelah melahirkan Mye berat badan saya 15 kg lebih berat dari berat sebelum hamil, berarti saat hamil saya mungkin naik lebih dari 15 kg. Setelah 1,5 tahun akhirnya saya bisa kembali ke berat badan sebelum hamil. Saya pikir kalau saya harus menunggu 1,5 tahun setelah melahirkan anak kedua rasanya lama sekali ya... huuhuu... :( Jadi saya bertekad kali ini maximal naik berat badan 10-12 kg, seperti kebanyakan dianjurkan. Lalu saya mengumpulkan seluruh tenaga & pikiran untuk fokus ke tujuan itu dan mengubah pola pikir & pola hidup saya menjadi lebih sehat. Saya memang "memaksakan" diri untuk selalu bisa prenatal pilates 3-4 kali seminggu sejak memasuki usia kandungan 5 bulan, sekali latihan 40 menit, dan juga ditambah 10 menit yoga untuk relaksasi & pernapasan, jadi total 50 menit setiap kali olahraga. Tapi saya tidak mungkin pergi ke tempat senam hamil karena suami saya pulang kerja hingga malam hari dan saya tidak bisa menitipkan anak saya ke teman atau di tempat penitipan anak. Jadi saya mencari2 senam hamil yang aman untuk saya lakukan di rumah dari situs Youtube. Lalu saya menemukan video prenatal pilates yang aman & bisa dilakukan sendiri di rumah. 


Kalau saya baca-baca di artikel-artikel memang sebaiknya pilates selalu dilakukan dengan pengawasan instruktur agar tidak terjadi cedera, tapi sepertinya hal tersebut tidak mungkin untuk saya. Sebelum saya melakukan prenatal pilates yang sekarang saya lakukan, tentu saya baca dulu review dari orang2 apakah mereka merasa nyaman dengan gerakan2 yang diperagakan dan bagaimana reaksi badan mereka setelah melakukan gerakan2 tersebut. Saya sendiri melakukan trial selama seminggu dulu sebelum melakukannya secara rutin. Setelah saya lakukan selama seminggu ternyata memang badan saya terasa lebih enak, tidak mudah capek, bisa tidur lebih nyaman & tidak mudah sakit pungung, jadi saya memutuskan untuk meneruskan latihan tersebut. Tapi untuk melakukan latihan prenatal pilates memang kita juga harus bisa mengukur diri, kalau kita merasa hari itu hari yang melelahkan, sebaiknya jangan dipaksakan dan juga jangan memaksakan gerakan2 yang kira2 tidak bisa dilakukan, walaupun instruktur prenatal pilates di video sedang hamil juga tapi dia sudah terbiasa melakukan pilates dari sejak sebelum hamil, sedangkan kalau saya kan tidak terbiasa. Agak "garing" sih melakukan pilates sendirian dirumah, tapi keuntungan lainnya melakukan pilates dirumah adalah tidak perlu keluar ongkos jalan dan ongkos membayar instruktur atau tempat senam, kita juga lebih flexibel dalam pengaturan waktu latihan. Karena ada hari2 dimana saya bisa di siang hari tapi ada hari lain mungkin saya bisa saat sore hari.


Saya juga mencoba untuk mengurangi asupan karbohidrat, terutama nasi, supaya saya tetap bisa makan yang manis2. Asupan makanan saat hamil memang harusnya lebih banyak dibandingkan saat tidak hamil, tapi berdasarkan yang saya baca, paling kita hanya menambahkan satu kali kudapan diantara makan (jadi tambahannya sekitar 300 kalori per hari). Jadi bukan berarti disetiap kali kita makan kita makan 2 kali porsi biasa dengan alasan "makan untuk berdua". Jadi dalam kehamilan ini TIDAK ADA yang namanya "makan untuk berdua", saya tetap makan dengan porsi biasa tapi saya menambahkan satu kali kudapan mungkin kue2 kesukaan saya, roti gandum bakar, atau apa saja yang kita inginkan. Saya juga berusaha mengkonsumsi banyak sayur dan buah2an. Cara lain untuk membuat badan saya gerak adalah berjalan, terutama berjalan ke supermarket (kaya gak ada tujuan lain aja ya... :p ). Saat trimester pertama saya malas sekali jalan ke supermarket yang berjarak 1 km dari rumah (bolak-balik berarti 2 km), tapi untuk trimester kedua ini saya harus ubah "rasa malas" saya. Hmmm... semoga untuk kehamilan kedua ini saya bisa mewujudkan tujuan saya. (^_^)

Dengan perut tambah besar juga tidak menghalangi saya untuk tetap jalan2. Selama saya makan teratur, minum yang banyak & beristirahat jika sudah merasa capek, perjalanan naik kereta atau bis yang panjang tidak terlalu masalah untuk saya. Saya berprinsip "tidak mau dikasihani" selama saya hamil. Saya tidak mau terlihat lemah & "sakit". Ditambah lagi dengan punya balita, saya tidak bisa sakit, karena kalau saya sakit kasian juga Mye. Pokoknya kehamilan bukan berarti sesuatu yang bikin saya terlihat berbeda dengan saat saya tidak hamil. Kebanyakan orang pun saat bertemu saya rata2 bilang kalau saya tidak terlihat seperti orang hamil karena masih terlihat "gagah" dan aktif. Karena itu saya juga ingin sekali bisa memberi inspirasi buat teman2 saya atau ibu2 lain yang sedang hamil untuk tetap terlihat fit, active & healthy.


Meskipun demikian kerjaan rumah memang jadi tambah "berat" dengan bertambah buncit perut ini. Perasaan koq perutnya lebih buncit dari hamil pertama ya? Katanya sih memang normal begitu karena perut kita sudah keburu melar.. hehehe...Tapi sepertinya memang hamil saat winter itu tidak enak karena saat keluar rumah kita kan harus pakai baju berlapis2, pakai coat, dan aksesoris yang bikin badan kita hangat lainnya. Jadi tambah berat rasanya kalau jalan2. Kalau mau pakai boots juga agak susah karena harus duduk atau setidaknya harus bungkuk sedikit, padahal sudah ada perut buncit yang mengganjal.

Sejak minggu ke 24 (6 bulan) jadwal cek up ke dokter jadi setiap 2 minggu sekali. Agak sedikit berbeda dengan di Belanda, biasanya di Belanda dari setiap 4 minggu sekali berubah jadi 3 minggu sekali, lalu baru setiap 2 minggu sekali. Enaknya disini karena setiap cek up di USG kita jadi bisa juga tahu perkembangan berat badan janin. Jadi kalau misalnya saya naik berapa kilo, lalu bayi naik berapa gram. Jadi bisa tahu seberapa banyak asupan makanan yang masuk ke janin. Ya walaupun kayanya untuk mengatur semua asupan makanan supaya masuk ke janin saja sepertinya hampir tidak mungkin, padahal maunya sih begitu... hahaha... Bidan juga pernah mengingatkan saya supaya setelah memasuki 7 bulan kandungan sebaiknya saya menghindari makanan yang manis2 supaya berat badan saya tidak naik drastis. Tapiiii... bisa gak yaaaa? Mana sudah masuk musim dingin, bawaanya mau makaaaannn teruuusss... Hihihi...

Tidak terasa, tinggal 3 bulan lagiiiii... saatnya merampungkan persiapan baju bayi, perlengkapan bayi & surat2/dokumen2 untuk memboyong ibu ku ke Atsugi... :D




2011/10/26

Suka Anak Kecil vs Anti Anak Kecil

Anak kecil adalah makhluk Tuhan yang paling polos & lugu, juga lucu sekaligus nakal atau jahil. Tentu saja tidak semua manusia di dunia ini menyukai anak kecil. Beberapa waktu lalu saya membaca sebuah artikel tentang memiliki anak dalam keluarga, artikel tersebut saya baca dari website luar negeri, dan saya cukup kaget pas melihat komentar2 dibawah artikel tersebut bahwa banyak sekali pasangan yang memutuskan untuk tidak memiliki anak. Ya, tentu saja hal tersebut sebenarnya banyak terjadi di negara2 barat. Menurut mereka yang tidak ingin memiliki anak, anak adalah sesuatu yang membebankan hidup mereka, mengganggu karir mereka & tidak menyenangkan. Saya sendiri kenal beberapa orang yang tidak ingin memiliki anak dalam hidup mereka, bahkan saat mereka sudah menikah. Saya termasuk orang yang terbuka dan saat beberapa orang tersebut bercerita tidak ingin memiliki anak kepada saya, saya sih bisa terima. Tapi mungkin untuk sebagian orang lainnya mungkin akan berpikiran negatif, apalagi bagi orang timur yang sebagian besar tujuan mereka untuk menikah adalah untuk memiliki keturunan. Sedangkan untuk orang2 dari negara barat banyak yang menikah bukan karena untuk memiliki keturunan saja, tapi berbagi hidup dengan pasangan, berbagi kasih sayang, saling menghargai & menghormati tanpa harus ada kehadiran anak. Coba saja kalau di Indonesia kan pasti setelah sepasang kekasih menikah pasti pertemuan berikutnya mereka akan dibombardir pertanyaan "sudah isi belum?" "kapan nih punya momongan?", kalau di negara2 barat hal tersebut adalah hal yang tidak sopan untuk ditanyakan karena bersifat sangat pribadi. Mereka bisa saja loh marah karena pertanyaan tersebut.

ooppsss..  :p  gini nih klo jahilnya keluar... hehehe..
Seperti di Jepang, banyak wanita karir yang tinggal di kota2 metropolitan seperti Tokyo yang sepertinya mereka tidak antusias untuk memiliki anak. Bahkan mereka terkadang melihat seperti "jijik" kepada anak kecil. Padahal sebenarnya anak kecil tersebut tidak melakukan hal yang melewati batas. Mungkin hal ini tidak hanya terjadi pada diri saya, tapi saat saya sedang jalan2 dengan anak saya di kereta atau bis, lalu anak saya dipangku dan disebelah saya ada seorang wanita yang berdandan rapi dan terlihat "berkelas", wanita tersebut kadang terlihat tidak nyaman berada disamping saya. Apalagi saat misalnya anak saya menggoyang2kan kakinya, lantas wanita tersebut selalu terlihat membersihkan rok atau celananya, padahal terkena sepatu anak saya saja tidak. Kadang tidak hanya wanita, tapi ada juga pria yang berdandan rapi juga melakukan hal yang sama. Kalau saya lihat mereka itu tidak terlalu muda, saya rasa mereka usianya 30an. Kalau mereka takut kena ya pindah tempat duduk saja, masa kita yang membawa anak yang harus pindah? Lagipula yang namanya tempat duduk di kereta atau bis kan sebagian besar ditujukan bagi mereka yang hamil, membawa anak, lansia, memiliki keterbatasan dan sakit. Kalau mereka sehat2 saja, ya silahkan saja berdiri atau cari tempat duduk lain.

everything out so Mye can be in the box... :p
Lain hal jika saya berada di restoran. Anak saya yang berusia 1,5 tahun tentu saja sedang senang2nya gratak sana sini, dalam usia ini memang anak2 lagi "gak bisa diam". Saya suka membawakan brokoli rebus untuk anak saya dan saya suka membiarkan dia untuk mencoba makan sendiri dengan garpunya. Pastinya umur 1,5 tahun dia belum bisa benar2 menyuap sendiri makanannya tapi dia mencoba dengan bantuan kita tentunya. Untuk umur segini yang namanya makan rapi tidak belepotan sepertinya susah dan harusnya semua orang bisa memaklumi hal tersebut. Namun terkadang orang yang berada disamping kita itu melihat anak kita belepotan koq tidak suka ya? Lalu apakah dengan demikian mereka jadi tidak nafsu makan?

after eating cheese dessert... :)
Saat berjalan2 di mall kita juga sering menemukan balita2 yang lari sana sini, berteriak kencang, menangis kejer, ngamuk, dsb. Hal demikian memang suka kita temui dan mungkin anak kita juga melakukannya. Saya sendiri mungkin akan agak terganggu bila sedang berjalan2 dan anak saya sedang tidur lalu menemui seorang anak yang berteriak2 terus tanpa henti atau menangis kejer. Saya akan khawatir kalau anak saya terbangun, tapi mau bagaimana lagi, ya saya harus maklum, saya juga seorang ibu dan kalau saya berada dalam kondisi ibu si anak itu mungkin saya juga bingung. Maka itu saya memilih untuk berjalan ke arah lain menghindari suara berisik tersebut. Tidak susah kan? Tapi bagaimana kalau ada yang berteriak2 atau menangis kejer saat kita di dalam kereta atau bis? Kita kan gak bisa menghindar? Ya sudahlah, terima saja kondisi tersebut, tidak perlu marah kan? Kejadian seperti itu kan tidak kita temui setiap hari. Kita mencoba berempati saja kepada orang tua anak tersebut dan membayangkan kalau kita dalam kondisi mereka bagaimana. Kita sebagai orang yang sudah dewasa harusnya yang bisa memaklumi bukan kita lantas bergumam marah2 dan memasang muka tidak suka. 

Jika ada orang memutuskan untuk tidak memiliki keturunan, ya itu sih hak mereka, kita tidak berhak untuk menghakimi mereka karena itu pilihan hidup mereka. Tapi mereka juga harus bisa menghormati hak orang lain yang memutuskan untuk memiliki anak dan membesarkan anak mereka. Bagi yang tidak menyukai anak ya jangan lantas memberikan pandangan yang sinis kepada mereka yang punya anak. Jika tidak suka melihat mereka ya menghindar saja. Apakah dengan adanya orang2 yang tidak menyukai anak kecil lalu kita yang memiliki anak kecil harus mengurung diri di rumah saja dan tidak jalan2 hanya karena untuk menghindari masalah?? Apakah kita lantas harus "mengikat" anak kita dan membatasi kreativitas dan ekspresi mereka?? Mendidik anak memang bukan hal yang mudah, saya sendiri setiap hari harus belajar lagi, lagi dan lagi dalam mendidik anak, hingga detik ini pun saya masih merasa tidak punya ilmu apa2 dan nilai saya masih merah. Bagaimanapun juga saya terus mencoba supaya anak saya bisa berkelakuan baik saat berada di tempat umum agar tidak menggangu orang lain. Jika kita yang mempunyai anak bisa menjaga perasaan orang yang tidak memiliki anak, kenapa yang tidak memiliki anak tidak bisa melakukan hal yang sama??



2011/10/25

Percaya Mitos atau Pakai Logika?

Semua orang pasti tahu dan sudah biasa mendengar kata "pamali" yang ditujukan untuk hal2 berbau "tidak boleh dilakukan" karena cerita mitos tertentu. Kenapa ya banyak sekali mitos yang kita kenal? Mungkin sebut saja "anak gadis pamali duduk di pintu katanya susah jodoh" padahal mah kalau duduk di pintu kan memang menghalangi orang jalan. Atau ada mitos lain seperti "kalau lagi haid jangan keramas" tapi tidak jelas alasannya kenapa. Lalu untuk mitos2 tidak jelas ini kenapa harus diikuti atau dipercaya? Kalau dari segi logika, apa ya hubungannya tidak boleh keramas dengan haid? Kan keramas itu untuk menjaga kebersihan badan, koq dilarang2. 

Minggu lalu saya potong rambut sendiri, hal itu udah biasa saya lakukan sejak 2 tahun yang lalu karena saya pikir saya pakai jilbab, repot kalau harus ke salon, apalagi di rantau tidak ada salon khusus wanita dan satu lagi adalah biaya salon di Belanda maupun di Jepang ternyata mahal sekali, jadi selain untuk menghemat, saya pikir ini untuk "uji kebolehan" saya... hahahaha... Semakin kemari memang kemampuan potong rambut sendiri semakin lihai dan saya rasa siapapun bisa melakukannya juga. Lalu saya bercerita ke sepupu saya soal saya potong rambut sendiri, eh, dia bilang "emang gak papa? kan lagi hamil?". Lantas saya tanya "apa hubungannya hamil dengan potong rambut sendiri?". Dia jawab "ya cuma mitos aja sih, gak tau juga kenapa". Saya juga memotong rambut saya sendiri saat hamil yang pertama dan sepertinya tidak ada yang mengatakan apa2. 

Menurut saya saat ini hal2 demikian harus dipikir menggunakan logika, jangan asal ikut2an saja. Misalnya mitos "jangan membeli pakaian atau perlengkapan bayi sampai usia kandungan 7 bulan", waduh maaf saja, kalau mitos kaya gitu diikuti pas saya di Belanda ya gak mungkin, soalnya saat kita memasuki usia kandungan 7 bulan malah perlengkapan bayi harus sudah lengkap semua dan akan diperiksa oleh bidan apakah sudah lengkap, sudah benar/sesuai. Kalau tidak sesuai ya harus diganti/ditukar atau kalau ada yang kurang harus ditambah. Jadi saya sudah mulai belanja sejak usia kandungan 4 atau 5 bulan. Kalau dipikir2 ada benarnya juga semua harus sudah tersedia saat usia kandungan 7 bulan, karena mungkin mereka mencegah kalau2 bayi kita lahir prematur 7 bulan maka semua perlengkapan sudah siap. Coba kalau misalnya melahirkan prematur lalu belum ada persiapan apa2, apa gak bingung tuh? Mungkin kalau di Indonesia kita masih ada orang tua atau saudara yang bisa belikan semua, tapi kalau di rantau saat kita jauh dari orang tua dan sanak saudara bagaimana? Masa minta tolong teman? Belum tentu kan teman kita mengerti apa yang harus dibeli. Lalu menurut saya belanja saat perut sudah besar adalah hal yang kurang nyaman. Kita sering cepat capek, dengan perut semakin besar juga kita cenderung beser ke toilet melulu, kalau belanja berdesak2an juga tidak nyaman karena kita akan bersenggolan dengan orang lain, apalagi kalau yang kena senggol perut, kan gak enak. 

Tapi satu mitos yang saya ikutin saat hamil adalah "tidak gembar-gembor kepada orang banyak soal kehamilan sampai usia kehamilan diatas 12 minggu (3 bulan)". Menurut saya mitos itu benar dan kalau dipikir dengan logika usia kehamilan 0-3 bulan adalah usia kehamilan yang cukup rentan bagi beberapa wanita dan bisa mengalami keguguran. Jadi misalnya kita sudah gembar-gembor bilang hamil dari usia misalnya 5 atau 6 minggu lalu mengalami keguguran (amit2 jabang bayi..), nanti kita sendiri yang pastinya sakit hati, sedih dan capek harus menjelaskan ke orang2 kalau kita keguguran. Ujung2nya mungkin kita segan bertemu dengan teman2 atau keluarga karena takut ditanyakan soal kehamilan kita. Namun demikian, saya lihat fenomena mitos ini sudah dihilangkan oleh beberapa teman2 atau saudara2 saya. Jangankan saat benar2 sudah hamil (sudah dinyatakan dokter benar hamil), baru telat haid saja dan belum periksa ke dokter kandungan atau baru test pack saja sudah bercerita. Mungkin saking senangnya jadi tidak bisa menahan diri. Saat orang dilanda kebahagiaan yang sangat amat, logika memang akhirnya suka kalah ya... hehehe... Menurut saya sih, ini sih cuma pendapat saya aja loh (nanti banyak yang protes lagi.. hehehe...) kalau hamil belum 12 minggu mungkin sebaiknya kita hanya sharing dengan orang tua, saudara dekat (saudara kandung) dan sahabat terdekat saja, tapi tidak perlu bikin pengumuman dimana2.

Satu mitos besar lainnya yang cukup bikin heboh di keluarga saya adalah "laki2 sunda tidak boleh menikah dengan perempuan jawa". Katanya istilahnya itu sang laki2 bisa "kalah", mungkin dalam karir, dalam memimpin rumah tangga, dsb. Cerita mitos itu sebenarnya berawal dari masalah "harga diri" dimana pihak Jawa merasa dirinya lebih terhormat dari Sunda karena kerajaan Jawa lebih tua daripada kerajaan Sunda. Alasan kedua adalah karena terjadinya perang Bubat (1279 M) antara Kerajaan Jawa dengan Kerajaan Sunda dan pihak Sunda merasa harga dirinya dihina karena dalam perang tersebut putra-putri dari kerajaan Galuh dibantai oleh kerajaan Majapahit. Hadeehh.. yang kaya gini udah beratus2 tahun yang lalu masih aja dipercaya ya? Kan katanya Bhineka Tunggal Ika, jadi harusnya yang membawa2 nama suku atau adat tertentu dihilangkan donk ya? Hehehe... Saya rasa, kalaupun terjadi hal2 yang negatif dengan pasangan laki2 sunda dengan istri jawa, kayanya hanya kebetulan saja, tidak semua pasangan mengalami hal tidak baik, malah ada saja tuh yang langgeng, sejahtera & baik2 saja. Rumah tangga kan dibangun atas dasar rasa setia, saling menghargai, kasih sayang, dan elemen2 pendukung lainnya tapi bukan berdasarkan mitos.

Kalau dipikir2 di Indonesia banyak sekali ya mitos2. Mungkin bahkan masih banyak mitos yang belum saya tahu. Tapi kalau kita selalu mengaitkan semua hal dengan mitos dan tidak menggunakan logika kapan kita majunya donk ya? Hehehe...



2011/09/27

Musim Gugur & Dingin Saatnya Buah Kaki (Persimmon)

Akhirnya musim panas berakhir juga di Jepang, sekarang udara sudah mulai dingin. Kalau saya sih suka sekali udara seperti ini, suhu antara 24 derajat C. - 15 derajat C adalah yang ternyaman buat saya. Berharap kalau cuaca tidak tambah dingin ataupun panas.. tapi sepertinya gak mungkin banget ya... hehehe... Awal musim gugur di Jepang, salah satunya, ditandai dengan munculnya buah Kaki. Lucu ya namanya, Kaki... hehehe... Kalau bahasa Inggrisnya yang keren sih Persimmon. Warnanya antara oranye muda hingga oranye tua. Diawal2 musim gugur biasanya berwarna oranye muda tapi seiring waktu berjalan lama2 yang muncul di supermarket menjadi oranye tua, seperti oranye-nya Belanda. Cantik sekali dari segi warna maupun bentuk. 

Kalau saat di Belanda mungkin buah ini muncul sekitar November - Desember, tapi kalau di Jepang munculnya sejak akhir September hingga Desember. Pada awal2 September saya sudah bisa lihat di ladang petani lokal yang sering saya lewati kalau mau ke supermarket, buah kaki sudah mulai besar2, tapi warnanya masih hijau atau kuning. Sampai saat ini sih di ladang petani lokal yang sering saya lewati buah kaki-nya belum pada matang, tapi ternyata petani2 lain sudah mulai panen buah kaki dan mulai di jual di supermarket ataupun supermarket khusus petani lokal. Tapi kalau sudah Desember, pohon buah kaki sudah pada gundul. Kalau di Belanda buah kaki biasanya banyak di jumpai di open market setiap hari sabtu pagi, atau ada juga di supermarket2 biasa. 

hachiya persimmon
Rasa buah kaki ternyata bervariasi berdasarkan lokasi. Kalau di Belanda, buah kaki yang masih keras (untuk sebagian menyebutnya belum matang) rasanya agak asam-pahit & kesat. Jenis yang dijual di Belanda memang berbeda dengan yang di Jepang. Di Belanda yang umum ditemukan adalah yang jenis "hachiya", berbentuk oval atau heart shape. Rasa pahit & kesat tersebut adalah karena buah kaki jenis hachiya memiliki zat tannin yang menyebabkan rasa kering (kesat) pada mulut. Zat tannin akan berkurang jika buah semakin matang, maka itu kalau saya beli buah kaki yang masih keras biasanya saya membiarkan si buah kaki hingga matang/empuk. 



fuyu persimmon
Berbeda dengan di Jepang, buah kaki yang umum ditemukan adalah yang berjenis "fuyu" dimana bentuknya itu lebih "gembung" dan cenderung kotak. Aneh ya, padahal gak pada di cetakin loh buahnya. Gak mungkin juga di cetakin satu2, wong pohonnya itu seperti pohon jeruk atau apel dimana buahnya bisa banyak banget, harus punya cetakan berapa banyak ya?? Hahaha... Persimmon jenis fuyu ini yang keras saja rasanya sudah maniiiiss sekali, tanpa ada rasa kesatnya. 



Mungkin sebagai gambaran perbandingan rasa & bentuk dengan buah yang ada di Indonesia, dalamnya buah kaki itu berserat seperti sawo, bijinya juga seperti sawo dan rasanya mirip2 antara sawo dengan tomat segar. Kalau yang masih keras bisa krenyes2 seperti kalau kita makan apel. Katanya sih kalau biji buah kaki kita tanam bisa tumbuh dan berbuah. Hmmm.. kira2 kalau saya tanam di halaman rumah orang tua saya atau mertua saya bisa tumbuh gak ya? :D

bagian dalam buah persimmon

Kalau soal harga... wuiiihhh bisa beda jauuuhhh di Belanda dengan di Jepang. Di Belanda untuk buah kaki yang sudah pada matang, hampir busuk 1 euro bisa dapat 15 biji saja (mungkin kira2 1 kg). Tapi biasanya sih yang masih keras agak lebih mahal dari itu. Sedangkan di Jepang, satu biji buah kaki saja bisa dihargai 100 - 150 yen!!! Alias 1 euro 1 biji!!!! Tapi mungkin bisa dimaklumi karena Japanese Persimmon adalah yang paling enak dan manis, pokoknya kualitasnya emang super, jadi ya pantas saja kalau mahal. Ya seperti saya bilang tadi, yang masih keras saja sudah manis, dibandingkan dengan yang di Belanda yang keras itu asam dan kesat. Penasaran mencoba? Yuukkk main2 ke Jepang atau Belanda saat musim gugur... :D



2011/09/19

My Pregnancy in Japan: Trimester Pertama

Whoaaa... akhirnya trimester pertama dah lewat... Napsu makan dah kembali normal!! Horrreee... Untungnya, 2 kali hamil, 2 kali pula selama hamil di trimester pertama saya gak mual2 dan muntah2, tapi cuma napsu makan aja yang berkurang. Sama seperti pada kehamilan pertama, biasanya saya tidak tertarik dengan nasi, tapi saya lebih senang dengan roti, salad & buah2an. Mungkin karena rasanya lebih "ringan" di mulut dan di perut juga segar, terutama buah2an dan potato salad yang cenderung asam. Mungkin kalau di Indonesia saya sudah ngerujak setiap hari ya... Hahahaha... Saya juga lebih menyukai yang berkuah seperti sup atau soto, mungkin karena lebih segar juga.

Hamil kali ini terasa agak lebih berat, ntah kenapa... Mungkin karena sekarang saya ada Mye yang masih gratak sana-sini, belum ngerti banyak kalau saya bilang ada dede di perut dan dia tetap saja menendang2 perut saya. Badan juga bergerak lebih banyak daripada pas hamil pertama. Walhasil, beberapa orang bilang saya malah kurus pas hamil ini, padahal saya sudah masuk bulan ke 4. Berat badan sih sudah naik 3 kg, tapi mungkin belum kelihatan aja kali ya.. Perut saya juga belum terlihat buncit. Pengalaman pas hamil pertama sih sampai 5 bulan saja saya masih terlihat seperti "orang kegendutan" saja. Hahahaha... Tapi kali ini saya berniat untuk olahraga rutin, sebisa mungkin seminggu 5 kali supaya berat badan saya tidak naik drastis seperti pas kehamilan pertama. Saya sudah mengunduh beberapa video senam hamil, pilates untuk hamil dan yoga untuk hamil. Saya sudah setting setiap kali olahraga kira2 memakan waktu antara 45 menit - 1 jam. Dari video yang sudah saya unduh, sudah saya coba dan cukup menguras tenaga juga ternyata, saya sampai ngos2an... Hahaha... Agak berbeda dengan kehamilan pertama saya hanya memulai yoga hamil saat kandungan memasuki usia 6 bulan, kali ini saya memulai olahraga sejak trimester pertama. Tapi ternyata godaan untuk santai2 dan leyeh2 itu jauh lebih kuat ya... apalagi kalau kita sudah capek dengan beberes rumah, masak & ngurus anak. :(

Memasuki trimester kedua berkunjung ke rumah sakit pun jadi lebih banyak tantangannya, terutama saat harus komunikasi dengan bidan. Setelah saya mendapat satu gepok form yang harus saya isi, sang bidan pun terus mengingatkan saya untuk mengisi form tersebut & katanya saya sebisa mungkin meminta tolong teman orang Jepang untuk mengisi form tersebut. Karena bidan mengatakan form tersebut harus dibawa kembali saat saya pemeriksaan di minggu ke 17 atau 20, jadilah saya kalang kabut minta pertolongan teman saya, Momoko, untuk mentranslate semua. Untuk bagian dimana saya menuliskan keinginan saya selama masa kehamilan, saat melahirkan dan pasca melahirkan, saya juga meminta Momoko untuk menuliskannya dalam bahasa jepang, walaupun Momoko bilang sih saya tetap harus melampirkan yang berbahasa inggris, karena toh sang dokter kan bisa bahasa inggris. Saya juga meminta suami saya untuk bertanya ke sekretarisnya di kantor soal form yang harus di isi, terutama soal bagian co-signer atau pihak ketiga yang menjamin bahwa kita akan membayar tagihan rumah sakit. Sekretaris suami saya pun akhirnya menelepon ke rumah sakit untuk menanyakan hal tersebut dan pihak RS mengatakan bahwa jika tidak memiliki keluarga di Jepang kita bisa mengosongkan kolom tersebut dan membuat surat pernyataan bahwa kita tidak memiliki keluarga di Jepang.

Saat pemeriksaan kandungan minggu lalu, waktu itu kandungan saya memasuki minggu ke 17, saya lihat di ruang tunggu dokter kalau bidan yang sering seliweran ternyata ganti orang. Duh, saya termasuk orang yang agak takutan kalau sudah nyaman dengan satu dokter atau bidan atau suster di RS dan harus ganti dengan yang baru, takut2 saya tidak sreg dengan yang baru. Bidan yang lama orangnya ramah sekali, tapi memang sayang saja tidak bisa bahasa inggris sama sekali. Saat saya masih menunggu dokter, bidan yang baru pun memanggil saya katanya ingin bicara dengan saya sebelum ketemu dokter. Kali ini saya kaget ternyata si bidan baru bisa bahasa inggris!! Senangnyaaa... :)  Namanya Mariko Tagawa, sama seperti bidan sebelumnya dia ramah dan baik, juga masih muda. Tagawa-san menjelaskan kepada saya dari awal tentang pemeriksaan hamil di Jepang dan tahap2 yang harus saya lewati. Lalu Tagawa-san bertanya apakah saya tahu bahwa saya harus pesan kamar untuk melahirkan & pasca melahirkan. Untung saja form yang diberikan oleh bidan sebelumnya sudah saya isi jadi saya bisa tunjukkan ke Tagawa-san. Tagawa-san lalu memeriksa keseluruhan isi form yang sudah saya lengkapi dan dia juga membantu saya mengisi bagian asuransi karena disitu harus menulis kanji sedangkan saya tidak bisa menulis kanji... hehehe... Dia juga mengkonfirmasi soal semua yang saya isi dalam form tersebut agar lebih jelas.

Saya juga punya pertanyaan menarik buat Tagawa-san. Berdasarkan Momoko, di Shounan Atsugi Hospital mereka melahirkan di atas tatami (tikar jepang) bukan di atas tempat tidur seperti biasanya dilakukan di Indonesia atau Belanda. Saya bertanya apakah benar di Shounan Atsugi Hospital benar melahirkan demikian. Tagawa-san pun menunjukkan beberapa foto kamar tatami tempat melahirkan. Lalu dia juga menunjukkan alat2 bantu melahirkan tradisional lainnya. Jadi di Shounan Atsugi kita bebas memilih posisi apa saja buat melahirkan kecuali menggunakan kursi periksa kehamilan yang mengangkat kaki kita ke atas. Secara tradisional, orang jepang melahirkan bisa dengan berdiri sambil berpegangan di tiang atau tali yang besaaarrr dan nanti bidan akan menangkap sang bayi dari bawah. Nah di Shounan Atsugi juga ada si tali besar itu. Lalu ada kursi yang posisinya sih seperti kita duduk di dingklik besar tapi bentuknya seperti huruf U yang lebar jadi kita duduk dengan ngengkang, lalu posisi badan kita menunduk ke kursi yang ada bantalnya (seperti kalau kita tidur diatas meja). Mereka juga menyediakan lagi seperti bantal atau guling yang besar dimana kita berposisi seperti memeluk orang dari belakang dengan menaruh kedua tangan kita di bagian leher orang tersebut. Dalam hal ini kita juga bisa memeluk belakang suami kita.
berbagai posisi melahirkan kalau tidak di tempat tidur, you can do this all in Shounan Atsugi Hospital
kayanya kira2 begini nih kalau melahirkan dengan berpegangan di tali, tapi di gambar ini talinya kurang besar
ini dia si dingklik letter U yang membantu dalam melahirkan

Jadi saking naturalnya, mereka benar2 menyediakan alat2 persalinan tradisional seperti jaman dulu wanita2 Jepang melahirkan. Saya takjub sekali melihat foto2 tersebut dan gak kebayang kalau saya melahirkan dengan posisi2 atau alat2 tersebut... hahaha... Tapi disitu saya menegaskan, kayanya saya akan lebih nyaman dengan tidur di tempat tidur seperti yang dilakukan orang Indonesia dan mungkin sebagian besar wanita di dunia ini.. hehehe.. Yang jelas selama saya mengalami kontraksi yang kencang menjelang melahirkan, waktu itu sih posisi paling nyaman adalah tidur nyamping... akankah kali ini saya diajarkan posisi lainnya? Hohoho... :)

Pada kunjungan berikut, kayanya pas usia kandungan sekitar 21 minggu, kita harus sudah memesan kamar di Shounan Atsugi Hospital. Terdapat 3 pilihan kamar. Pertama shared room, jadi satu kamar 4 pasien dengan harga 450.000 yen (kira2 45 jt rupiah). Kedua private room I dengan harga 480.000 yen dan ketiga private room II dengan harga 510.000 yen. Kalau kita memilih shared room, kata Tagawa-san balita seperti Mye tidak bisa masuk ke kamar. Kalau memilih private room maka Mye bisa masuk. Untung saya pilih yang private room, karena kalau tidak kasian juga Mye kalau tidak bisa bertemu saya dan adiknya nanti, mana saya harus stay di RS selama 5 hari. Kemudian Tagawa-san juga menjelaskan kalau selama masa proses melahirkan dan sampai melahirkan saya bebas ditemani oleh suami saya & anggota keluarga lainnya, tapi setelah melahirkan suami dan keluarga lainnya hanya bisa datang selama jam kunjung saja, yaitu pk. 15.00 - 20.00. Saat pemesanan kamar kita juga harus membayar uang DP sebesar 200.000 yen. Walaupun nanti kita dapat bantuan dari pemerintah sebesar 420.000 yen yang akan dibayarkan langsung ke RS, tapi kita tetap harus membayar uang DP karena uang dari pemerintah akan turun jika kita sudah melahirkan. Bagaimana dengan uang DP kita? Kan pemerintah membayar sebanyak 420.000 yen ke RS? Harusnya kita hanya bayar sisanya saja 60.000 yen kan? Jadi harga kamar kan 480.000 yen, sudah DP 200.000 yen, jadi sisa yang harusnya kita bayar adalah 280.000, tapi karena pihak RS nanti dapat uang sebesar 420.000 yen dari pemerintah maka harusnya nanti pihak RS mengembalikan 140.000 yen (420.000 - 280.000) kepada kita. Semoga aja bener demikian ya. Bagaimanapun kita lihat saja nanti prosesnya setelah saya melahirkan. Jadi tunggu cerita2 berikutnya yah... Hehehehe...



2011/08/23

Ramadhan & Idul Fitri di Rantau

Kali ini bukan pertama kalinya saya mengalami ramadhan dan idul fitri jauh dari tanah air. Bahkan tahun lalu pun saya & suami saya hanya ber-idul fitri satu hari di Indonesia dan hari berikutnya sudah harus berangkat ke Jepang. Kangen pastinya suasana lebaran di Indonesia yang ramai dengan gema takbir, bedug, makanan2 khas lebaran & pastinya kue2 lebaran. Kalau saya bisa bikin sih mungkin saya bikin sendiri kue2 lebarannya, tapi apa daya gak punya mixer & oven!! Hahahaha... 

Sejak kecil, sejak umur 10 tahun saya sudah mengalami puasa di Madrid, Spanyol. Saya mengalami 3 kali ramadhan & idul Fitri di Spanyol. Saat itu puasa di daerah Eropa masih enak karena kala itu musim dingin jadi puasanya tidak terasa karena waktunya pendek. Sahur sekitar pk. 5.30 atau 6 pagi saja karena subuhnya sekitar 6.30. Buka puasanya sekitar pk. 6 sore. Waktu puasa juga tidak terasa karena saya sekolah dari pk. 9 pagi sampai pk. 6 sore. Well, pastinya ada istirahat siangnya dari pk. 1 siang sampai pk. 3. Biasanya kan kalau pulang istirahat siang saya makan siang, tapi kalau puasa ya di rumah jadi bengang bengong aja gak jelas. Hihihihi... Paling2 kalau belum menyelesaikan PR untuk kelas yang sore ya dikerjakan saat jam istirahat. Waktu itu saya berpikir kalau seandainya saya harus puasa di musim panas saat lagi di eropa gimana ya?? Soalnya subuhnya bisa pk. 3an dan buka puasa mungkin hampir pk. 10 malam.

Ternyata saat saya dewasa gak sangka saya mengalami yang namanya puasa lebih panjang daripada di Indonesia. Tiga tahun yang lalu saya ikut suami saya ke Belanda dan saat itu lah pertama kali saya merasakan puasa kira2 15-16 jam. Jadi saat itu subuh sekitar pk. 4 lalu buka puasa pk. 8 malam. Untungnya pergeseran waktu subuh dan buka puasa cukup cepat jadi makin lama subuhnya sekitar pk. 5 dan buka puasa sekitar pk. 7 malam. Tapi saat itu mungkin rasa lapar masih bisa di tahan tapi hausnya itu loooohhhh.. Mana musim panas... haddeeehhh... Tahun kedua saya di Belanda, dengan waktu puasa yang lebih panjang lagi, saya sedang hamil jadi saya memutuskan untuk tidak puasa karena takut2 akan menganggu kehamilan saya, jadi yang puasa hanya suami saya saja. Alhamdulillah suami saya sangat pengertian, kalau saat sahur biasanya dia tidak menyuruh saya ikutan bangun, dia bilang biar saja dia yang nanti siapkan sendiri, jadi saya bisa tenang2 tidur. 

Tahun ini ramadhan di Jepang dengan suasana yang baru tapi tetap waktu puasanya panjang sekitar 16 jam. Subuh sekitar pk. 3 dan buka sekitar pk. 7 malam. Makin lama sih waktu puasanya bergeser semakin pendek, alhamdulillah. :)  Kebetulan saat ini musim panas dan ternyata panasnyaaaaa... ampooonnn... bikin kering tenggorokan. Ya saya sih gak ngalamin sendiri karena saya sedang hamil, jadi saya tidak puasa. Hmm.. sepertinya saya selalu terselamatkan dengan hamil ya saat terkena puasa yang panjang? Hehehehe... Tapi kenapa saya bisa bilang kalau bikin kering tenggorokan? Ya karena buat saya yang gak puasa aja haus terus, saya ngebayangin gimana yang puasa... Saya aja masih bisa minum masih merasa kehausan terus2an.

Dulu saat masih kecil puasa di Spanyol, saya tidak mempersiapkan apa2 untuk sahur ataupun untuk berbuka karena ibu saya yang mempersiapkan semua. Tapi saat di Belanda karena sudah menikah ya saya yang harus siapkan semua. Untungnya kalau di Belanda bahan2 makanan Indonesia masih sangat mudah ditemukan, jadi kalau mau bikin kolak, es buah, dsb bisa dengan gampang beli bahan2nya di toko asia. Di Belanda saya masih bisa menemukan kolang-kaling dan pisang raja. Sayangnya di Jepang, di toko bahan2 makanan asia yang biasa saya kunjungi tidak terlalu lengkap jadi agak susah tuh cari pisang raja untuk di bikin kolak & kolang-kaling kesukaan saya pun tidak ada.

Pas di Spanyol sering2 saya buka puasa di sekolah, pas banget pas jam keluar sekolah pas waktu magrib. Jadi biasanya saya membawa permen & minum air saja pas keluar dari sekolah lalu bergegas pulang untuk segera menyantap hidangan buka puasa yang disiapkan ibu saya. Tapi saat di Belanda, pas saya puasa, saya buka puasa sendiri dirumah, biasanya suami saya belum pulang pas saatnya buka puasa. Suami saya memang biasanya sampai rumah diatas jam 8 malam. Jadi ya saya buka puasa dulu tapi makan malamnya baru deh nunggu suami pulang. Kalau kaya saat ini, suami saya juga selalu buka puasa di kantor, tapi dirumah saya tetap buatkan es buah atau kolak atau menu favorit saya dari tahun ke tahun (sekarang jadi favorit suami saya juga) & merupakan makanan buka puasa khas ayah saya yaitu es alpukat coklat-kopi... :D  Beruntung juga di Jepang ini saya masih bisa menemukan timun suri walaupun timun surinya tidak semanis & seempuk di Indonesia, juga ukurannya kecil, hanya 1/3 dari timun suri yang di Indonesia.

sekecil ini harganya 100 yen (11rb rph).. kurang manis & kurang matang pula.. :(
Oh iya saya ingat pas di Belanda saya menemukan buah yang sejenis blewah, tapi namanya "piel de sapo", sepertinya mereka entah import dari Spanyol atau Mexico, padahal "piel de sapo" itu dalam bahasa spanyol artinya "kulit kodok". Hahahaha... Tapi si piel de sapo itu maniiiiisss sekali, airnya juga banyak saat kita kerok buahnya. Jadi untuk membuat es buah piel de sapo gak perlu tambahan air dan gula karena sudah alami mengandung banyak air & manisnya alami.

sekilas piel de sapo ini seperti campuran melon & timun suri, tapi rasa seperti blewah... :)
Saat di rantau gini, biasanya kalau kita tinggal dekat dengan KBRI kita bisa berbuka puasa bareng di KBRI setiap weekend. Saya ingat dulu di Spanyol saat weekend ibu saya bersama ibu2 Dharma Wanita itu sibuk mempersiapkan makanan berbuka puasa untuk acara buka puasa bareng orang2 KBRI dan WNI. Seandainya dulu pas di Belanda dan sekarang di Jepang kita tinggal dekat dengan KBRI mungkin kita juga menyempatkan waktu untuk berbuka puasa bersama dan menyantap masakan Indonesia. Sayang pas di Belanda dulu kita tinggal jauh dari Den Haag. Enschede itu sekitar 3 jam naik kereta dari Den Haag. Sekarang, Atsugi kira2 2 jam naik kereta ke KBRI di Tokyo. 

Enaknya pas di Belanda, karena ada banyak mahasiswa & istri2 mahasiswa tinggal di Enschede, biasanya kita suka bikin buka puasa bersama hampir tiap weekend di salah satu rumah, entah rumah WNI yang ada di Enschede atau rumah salah satu mahasiswa yang berkeluarga. Saya juga sangat ingat ada Ibu Dewi yang tinggal di Hengelo (kira2 30 menit dari Enschede) dan beliau suka mengundang mahasiswa untuk buka puasa bersama. Wah kalau kita makan2 di rumah Ibu Dewi kita sudah kaya pesta pora, makan membabi buta seperti berbulan2 tidak makan. Makanan Ibu Dewi memang enak sekali, rasa khas Indonesianya kental sekali, terutama masakan sundanya. Jadi kalau kita makan makanan Ibu Dewi itu bisa menghilangkan rasa kangen kita terhadap masakan Indonesia. 

Bagaimana suasana saat Idul Fitri di rantau? Dulu sih pas di Spanyol enak ya, karena ayah saya kerja di KBRI ya hari liburnya mengikuti kalender libur Indonesia. Jadi pas lebaran itu biasanya kita sholat Ied di KBRI atau di Wisma Duta setelah itu silaturahmi juga menyantap masakan lebaran di KBRI/Wisma Duta. Rasa lebarannya masih terasa cukup kental karena kita dikelilingi orang2 Indonesia juga & bisa makan masakan lebaran. Saya juga ingat kalau menjelang Idul Fitri saya suka pasang hiasan ketupat warna-warni di pintu rumah, ikut2an kaya orang suka pasang hiasan Natal pas Natalan. Hahahaha... 

Kalau pas di Belanda, karena suami saya kerja dengan universitas setempat dan mengikuti kalender libur orang Belanda jadi pas hari lebaran, jika lagi tidak harus presentasi atau conference ya bisa cuti, tapi apesnya kalau memang ada rapat penting, presentasi atau conference ya tidak bisa cuti jadi tidak bisa sholat Ied di masjid terdekat deh. Untuk perayaan Idul Fitri bersamanya pun kadang2 agak tertunda karena para mahasiswa juga mempunyai kesibukan sendiri2 jadi kadang tertunda sampai weekend dan weekend baru deh kita kumpul bareng untuk makan2 bersama. Biasanya kita mengumpulkan uang dan lalu memesan catering ke ibu2 WNI yang sudah lama menetap di Enschede atau sering2 sih pesan ke Ibu Dewi. Kadang kita juga suka bagi2 tugas seperti siapa yang membuat lontong, siapa yang membuat sayur godog, siapa yang membuat gulai, siapa yang membawa minum, dsb. Tapi biasanya sih kalau bagi2 tugas gitu kita yang berkumpul hanya teman2 dekat saja, jadi gak seluruh mahasiswa ikutan.

ketupat sayur seadanya saat Idul Fitri tahun 2009 di Enschede... :)
Sepertinya untuk Idul Fitri tahun ini tidak akan ada kumpul2 karena di Atsugi sendiri tidak ada teman muslim lainnya. Kalau mau ke KBRI juga tidak bisa karena paasss banget di hari Idul Fitri, suami saya harus pergi conference selama 3 hari. Yah lebaran berdua aja deh ama Mye dirumah. Yang tadinya mau masak2 juga jadi gak semangat wong gak ada yang makan. Hahahaha... Well, hal kaya gini sepertinya gak perlu dikeluhkan juga kali ya.. karena udah beberapa kali Idul Fitri seperti ini jadi ya sudah terima saja. Mungkin kalau diluar sana ada teman yang merasakan hal yang sama dengan saya saat Idul Fitri tahun ini dan banyak berkeluh kesah... don't be!! Tetap bersyukur karena masih dikasih Idul Fitri tahun ini dan semoga masih juga dapat ber Idul Fitri dengan keadaan yang lebih baik di tahun depan.. :D


2011/08/18

Tantangan Baru!!! :D

Hmmm... kayanya waktunya udah tepat nih buat cerita soal tantangan baru yang bakal saya, suami saya & Mye alami di bulan2 mendatang. Kan katanya orang tua, kalau belum diatas 12 minggu atau 3 bulan mah pamali yah cerita2 ke orang2 soal ini, tapi alhamdulillah 12 minggu sudah lewat nih jadi boleh donk ya saya cerita ke teman2.. Hehehe... Yup!! Tebakan teman2 benar!! Saya hamil!! :D

Whoaaa.. awalnya pas saya tau saya telat haid saya udah curiga banget, karena saya gak pernah telat, siklus saya tepat 28 hari, jadi buat saya telat 1 hari aja pasti ada sesuatu. Ternyata benar! Diawal tau kalau saya hamil agak kaget juga sih, suami juga gak expect, tadinya berencana punya anak kedua kalau Mye mungkin sudah 2,5 tahun atau 3 tahun. Tapi Allah berkehendak lain, alhamdulillah dikasih sekarang pas Mye masih 1,5 tahun. Kalau di hitung2 sih nanti kira2 lahir bulan Februari dan saat itu Mye sudah 2 tahun 2 bulan. Yah Mye gak kecil2 amat lah, udah bisa ngerti, insya Allah. :)

Tapi tetep aja ya rada panik karena saya belum pernah ke ginekolog di Jepang sebelumnya. Apalagi mencari ginekolog yang bisa bahasa inggris kayanya susah banget nih di kota kecil Atsugi ini. Saya ingat cerita tetangga saya yang orang Mexico itu katanya dapat ginekolog yang bisa bahasa inggris di Ebina. Hmm... repot juga ya masa buat cek up aja harus naik kereta dulu. Lalu saya mencoba email mantan sekretaris kantor suami saya untuk mencarikan ginekolog di daerah sekitar Atsugi atau di kota Isehara, di RS tempat saya dulu pernah operasi gigi. Walaupun ya Isehara apa bedanya dengan Ebina, harus naik kereta juga. Gak kebayang kalau udah kontraksi harus pergi jauh. Untungnya saya punya tetangga yang wonderful & helpful, Momoko!! :D Ternyata dia punya kenalan ginekolog yang bisa berbahasa inggris di RS dekat apartemen, RS Shounan Atsugi. RSnya kira2 10 menit naik bis dari rumah. 

Pertama kali datang ke RS saya ditemani Momoko karena untuk pertama kali datang ke RS kan perlu banyak bicara bahasa jepang dengan bagian pendaftaran, isi formulir2, dsb. Untung Momoko baik sekali mau menemani saya, padahal kita harus menunggu lumayan lama juga. Di hari pertama kita ke RS ternyata ada free shuttle bus yang menuju RS Shounan Atsugi lewat depan apartemen kita. Wah beruntung banget bisa naik itu, sayangnya shuttle bus hanya lewat setiap jam 9 pagi saja, satu kali sehari. Jadi kalau dapat janji dokter agak siang gak bisa naik shuttle bus deh. 
8 weeks 2 days
Sebenarnya punya anak di Jepang tadinya agak menakutkan bagi saya karena saya mendapat cerita dari 3 teman saya yang melahirkan di Jepang dan ceritanya kurang menyenangkan. Jadi katanya kalau melahirkan di Jepang kita bakal stay setidaknya 4-6 hari di RS dan katanya tidak boleh di temani oleh suami. Berbeda sekali ya dengan melahirkan di Belanda yang dalam 2 jam setelah melahirkan itu kita harus keluar dari RS dan ditemani oleh suami dari awal sampai akhir. Kemudian, cerita yang paling mengerikan buat saya adalah, katanya sang bayi yang baru lahir akan dipisahkan dari kita dan akan ditaro di ruang observasi selama 2 hari. Selama 2 hari itu, kita sebagai ibu pun bahkan tidak bisa menengok atau bertemu sang bayi, jadi boro2 bisa menyusui sang bayi. Kalau begitu bayinya di kasih susu formula donk?! Kata teman saya yang orang Mexico, Paola, buat perawat Jepang, ASI kita gak bakal langsung keluar pas setelah melahirkan. Ya ampun!! Itu mereka belajar dari mana ya?? Jadi bayi bakal di kasih susu formula atau air dengan gula!! Aduh!! Saya gak mau hal itu terjadi kalau saya melahirkan di Jepang. Saat dulu Paola melahirkan, dia sampai membuat perjanjian yang ditandatanginya dengan sang dokter bahwa dia menginginkan bayinya selalu dekat dengan dia dan dia hanya mau memberikan ASI dan tidak susu formula atau lainnya. Katanya, saat dia ingin menyusui bayinya pas baru melahirkan, sang perawat malah terlihat marah kepadanya dan mengatakan kalau ASInya tidak akan keluar dan tidak ada. Ya tentu saja gak akan keluar kalau gak dirangsang!! Gimana sih?! Koq disaat dunia sedang gencar2nya dengan Inisiasi Menyusui Dini dan ASI eksklusif di Jepang malah sebaliknya. 

Dari cerita2 tersebutlah saya jadi sedikit khawatir untuk melahirkan di Jepang, walaupun dalam hati kecil saya, saya ingin sekali mendapat pengalaman melahirkan di Jepang, pasti bakal jadi pengalaman baru yang seru. Tapi saya gak akan menyerah kalau seandainya di RS tempat saya cek up dan insya Allah akan melahirkan disana untuk tetap bisa memberi IMD dan ASI. Maka itu saat kunjungan pertama ke dokter yang saya tanyakan adalah prosedur melahirkan disini dan saya menceritakan pengalaman saya melahirkan di Belanda, juga saya menyampaikan keinginan saya seandainya saya melahirkan disini. Saya sedikit lega karena sang dokter mengatakan bahwa RS tempat saya periksa kehamilan adalah RS internasional dimana mereka mengerti hal2 seperti itu. Kebetulan dokter saya juga lulusan dari Amerika Serikat dan dia mengerti hal yang saya sampaikan. Katanya sang bayi akan tetap dekat dengan kita, saya bisa menyusui sang bayi kapan pun dan melakukan immediate breastfeeding. Walaupun dokter sudah berkata demikian, saya bakal tetap menekankan soal ASI dan IMD kepada dokter di hari2 kemudian. 
10 weeks 2 days
Pastinya selain ke RS kita harus mengurus surat2 untuk mendaftarkan kehamilan ke Pemerintah Kota setempat. Momoko membantu saya memberitahu kemana saya harus pergi dan dia juga yang menuliskan di secarik kertas apa yang harus katakan kepada mereka saat saya kesana. Pertama saya harus mendaftarkan kehamilan saya ke Hoken Center, tempat yang sama dimana Mye juga di periksa kesehatan saat usia 1,5 tahun. Disana saya mendapatkan buku ibu dan anak, booklet berisi kupon diskon pembayaran RS untuk setiap kali kita periksa ke dokter, buku periksa gigi untuk ke dokter gigi, dan sejumlah kertas2 informasi lainnya yang pastinya saya gak tau tulisannya apa karena gak ngerti. Hahahahaha... Tapi di hari itu saya dijelaskan oleh personil yang bekerja di Hoken Center bahwa setelah melahirkan saya akan mendapatkan popok dan tissue basah setiap bulannya dari City Hall selama satu tahun. Wow!! Senangnya!! :D Lumayan banget ya buat penghematan biaya popok selama satu tahun. Belum tau sih jumlah yang bisa kita dapatkan setiap bulannya berapa, berdasarkan teman saya yang tinggal di Sagamino sih kita bisa dapat 4 pak setiap bulannya, tapi buat saya satu pak saja rasanya cukup berarti. 

Teman2 pasti ada yang bertanya, koq dapat booklet diskon pembayaran RS segala sih?? Jadi ternyata di Jepang ini biarpun pakai asuransi, asuransi tidak mengcover 100% biaya pengeluaran kesehatan kita, jadi mereka hanya mengcover 70% saja. Jadi setiap kita ke RS atau ke dokter gigi atau dokter biasa kita tetap membayar cash 30%nya. Hmm... beda sekali dengan pas di Belanda ya, kalau periksa kehamilan gratiiiiissss. Kalau di Belanda ada istilahnya "Eigen Resico" atau "Own Risk" yang harus dikeluarkan dulu selama setahun sebesar, kalau tidak salah, 150 euro. Jadi kalau dalam setahun kita belum mengeluarkan own risk sebesar 150 euro maka jika kita berobat kemana2 jadi harus bayar dulu sampai mencapai jumlah 150 euro. Kalau sudah mencapai 150 euro lalu kita masih harus berobat nah baru deh yang lebihnya itu dibayarkan oleh asuransi, uang 150 euro yang sudah kita keluarkan sendiri gak dibalikin. 

Saya juga jadi sedikit heran sih, jadi apa gunanya asuransi ya kalau kaya gini, karena lumayan juga pengeluarannya jadi cukup besar untuk per kali kunjungannya. Well, apalagi kalau di kurs ke rupiah ya, shock banget deh tuh denger angkanya, tapi insya Allah sih kalau untuk gaji standar jepang masih ketutup. Cuma ini jadi sama aja kaya di Indonesia kalau kita gak pake asuransi kan jadi keluar uang buanyak yah. 

Oh iya, satu lagi yang menarik adalah saat kunjungan ketiga saya ke dokter. Waktu itu usia kehamilan saya 10 minggu dan saat itu saya harus melakukan banyak test, seperti test darah, pap smear dan test urin. Biayanya juga ternyata mahal sekali!! 17.000 yen sajah!! Segitu sudah di korting dengan kupon diskon sebesar 10.000 yen, bayangkan kalau gak di diskon. @_@ Setelah melakukan berbagai macam test, bidan lalu memberikan sebundel kertas yang isinya informasi tentang proses melahirkan. Bidan juga mencoba menjelaskan kepada kami isi dari bundelan kertas itu, tapi tentu saja pas sudah di rumah saya langsung ke Momoko untuk bertanya lagi supaya semua lebih jelas, maklum si bidan menjelaskannya dengan bahasa Jepang. Dari situ saya tahu kalau biaya persalinan plus kamar selama 6 hari itu adalah sekitar 480.000 yen. Untungnya di dalam bundel itu juga ada form aplikasi untuk meminta bantuan dari pemerintah untuk mengcover biaya persalinan sebanyak 420.000 yen. Walaupun gak full di cover, tapi patut di syukuri, daripada gak dicover sama sekali. Seperti misalnya pas di Belanda karena saya melahirkan di RS tanpa indikasi medis yang ada malah jadi keluar uang 300 euro. Tentang sistem penggantian uang dari pemerintahnya itu tergantung dari kebijakan RS, jika RS menerima direct paying dari pemerintah maka kita hanya tinggal membayar sisanya saja tapi kalau RS tidak memiliki sistem direct paying maka uangnya di reimburst melalui bank. 
13 weeks 2 days
Satu hal menarik lagi dari bundelan kertas informasi itu adalah ada form dimana kita bisa menuliskan seperti apa kita mau melahirkan dan seperti gimana nanti setelah melahirkan. Wah senang banget ya kalau saya bisa menuliskan hal2 yang saya inginkan. Pastinya saya bakal tulis kalau saya ingin memberi IMD dan ASI kepada anak saya dan saya tidak mau RS memberikan susu formula atau cairan lain kepada anak saya nanti. Oh ya, dokter juga bilang kalau saat melahirkan saya bisa ditemani suami, ibu saya bahkan Mye pun boleh nemani saya saat melahirkan. Mereka boleh ikut bersama saya di ruang melahirkan. Duh tapi kayanya Mye gak usah ikut aja ya, pasti ribet deh.. Hihihihi...

Itulah cerita tantangan baru yang harus kami hadapi selanjutnya. Kalau teman2 penasaran dengan kelanjutannya, tunggu cerita2 saya soal kehamilan, melahirkan dan membesarkan anak di Jepang ya.  ;D


2011/08/09

Si Putih VS Si Hitam

freecomputerwallpapers.net
Hari ini saya membaca berita seputar seorang artis Indonesia di sebuah media online. Kebetulan artis tersebut memiliki kulit berwarna sawo matang, tapi menurut saya itu dia cantik & eksotis. Artis Indonesia dengan kulit sawo matang tidak hanya ada satu di Indonesia, tapi banyak sekali. Model2 catwalk Indonesia atau foto2 model Indonesia juga banyak yang berkulit sawo matang dan cantik2 juga eksotis. Sayang sekali kalau baca kolom komentar dari masyarakat pembaca berita tersebut itu bikin sakit mata dan bikin geram saja karena tidak sedikit yang menuliskan kalau mereka itu "item, dekil, jelek, tidak putih dan tidak cantik" kata mereka "eksotis dari mana?". Buat mereka wanita cantik itu hanya yang berkulit putih saja. Sayang sekali, mereka yang berpendapat demikian kalau menurut saya mereka "dangkal" sekali pemikirannya. Untungnya masih ada yang berpikiran "jernih" dan mengatakan kalau tidak bijak kita mengatakan orang lain seperti itu, belum tentu juga orang2 yang berpikiran "dangkal" itu lebih cantik dari si artis.

Tidak usah artis yang dikomentari kulitnya gelap. Anak saya, Mye, memiliki kulit yang gelap, beda rona kulitnya jauh dengan kulit saya yang putih. Sampai2 orang2 suka meledek kalau Mye bukan anak saya karena kulitnya yang gelap. Bahkan kalau bertemu saudara pun kadang saya harus menahan diri untuk tidak emosi karena setiap bertemu pasti menerima komentar yang sama: "Duh kulitnya item ya, gak kaya bundanya" "Nanti kalau sudah besar pakai pemutih kulit ya"  atau "Nanti ke dokter kulit saja kalau sudah besar, suntik vitamin C, dll supaya putih, tuh seperti artis si A dulu item sekarang putih loh". Yah, mungkin kalau saya milyader sekalian saja ya saya permak abis2an anak saya biar cantik banget terus bisa jadi artis terkenal. (>_<) Doh!!

Saya salut sekali dengan para model2 tersebut yang masih mempertahankan rona kulit mereka yang asli dan tidak mencoba mengubahnya menjadi putih, tapi mereka bisa membuktikan bahwa kulit gelap juga bisa terlihat sehat & cantik. Kadang beberapa artis yang tadinya berkulit gelap lalu menjadi putih tetep aja loh diomongin, misalnya ada kata2 seperti "Ih dulu kan dia item gitu, sekarang aja dia putih karena udah jadi artis". Towewew!! @_@  Itu mah emang pada dasarnya sirik tanda tak mampu kali ya... hehehehe... 

Saya ingat ada teman sepupu saya yang memiliki rona kulit gelap. Setelah sekian lama gak melihat dia, lalu saya melihat dia di foto dalam Facebook sepupu saya. Dia terlihat cantik sekali dengan kulit eksotisnya itu, ditambah lagi dia sekarang pintar berdandan dan merawat tubuh & kulitnya menjadi cihuy banget. Saya sampai2 jatuh cinta melihat dia... Hahahaha... Bahkan sepupu saya juga bilang kalau dia juga jatuh cinta sama temannya yang udah bermetamorfosa jadi cantik eksotis itu... Hihihihi... 

Kalau di negara2 Eropa seperti Spanyol dan Belanda, ini saya ambil contoh negara2 yang pernah saya tempati saja ya. Disana mana ada tuh lotion pemutih badan atau lotion/cream pemutih wajah. Yang ada kalau summer malah mereka menjual krim tanning atau krim penggelap kulit saking mereka pingin kulitnya itu lebih gelap seperti mayoritas wanita Asia. Kebanyakan orang2 yang saya ceritakan kalau di Spanyol dan Belanda tidak ada krim pemutih dan yang dijual malah krim penggelap kulit karena mereka ingin lebih hitam gak percaya tuh sama cerita saya. Hmmm.. coba deh teman2 yang baca tulisan ini dan lagi tinggal di negara Eropa, ada yang bisa komen kalau saya benar? Hehehe... Bahkan ada tetangga ibu kos saya dulu di Belanda yang orang Suriname, dia kepingin sekali menjadi putih, tapi karena di Belanda tidak ada krim pemutih, sampai2 nitip krim pemutih wajah dari Indonesia gara2 gak ada di Belanda. 

Sebenarnya tidak benar bahwa semua cewe bule itu menginginkan kulitnya menjadi putih banget dan tidak benar juga bahwa laki2 bule itu lebih memilih cewe2 dengan kulit putih. Buktinya saya punya banyak sekali teman wanita yang menikah dengan bule dan mereka tidak semua berkulit putih loh. Rata2 memiliki rona kulit Indonesia asli, yaitu sawo matang. Di Indonesia aja tuh kita dicekokin abis2an dengan iklan2 krim pemutih dengan menampilkan cowo bule yang bilang kalau mereka lebih memilih kulit putih karena dianggap lebih cantik.

Tapi sama dengan di Indonesia, Jepang adalah negara dimana cewe2nya tergila2 untuk menjadi putih. Disini krim pemutih merajalela dimana2. Dari segala macem merk, jenis (lotion, toner, krim), dengan SPF yang tinggi, dsb. Mereka memang bener2 mau menjadi putih tih tih tih... Tapi sebenarnya pada dasarnya sih rona kulit alami mereka memang sudah putih, jadi saya heran kenapa koq tetep ya maunya putiiiihhh sekali. Kadang saya malah suka melihat kalau cewe terlalu putih yang ada jadi pucat, apalagi kalau gak pintar2 make-up.

Allah menciptakan setiap manusia itu unik, tidak ada yang sama. Allah juga memberi rona kulit kepada setiap manusia bukan buat dicela2 & Allah yang paling tau yang terbaik buat setiap manusia yang diciptakannya. Menurut saya sih, mau kulit putih atau gelap yang penting kita itu pintar2 merawat kulit kita supaya sehat & cantik. Walaupun rona kulit putih tapi bersisik kan jelek, walaupun rona kulit gelap tapi sehat dan cerah kan jadi bagus. Saya sendiri berkomitmen untuk bisa membuat anak2 saya mencintai apa yang dimilikinya, tidak usah komplain sana komplain sini, tidak usah mendengarkan kata orang ini, kata orang itu. Semoga aja saya bisa berhasil ya, soalnya kayanya kalau di Indonesia pasti saya tetep mendengar komentar2 tidak sedap didengar itu. ^_^v