2011/08/18

Tantangan Baru!!! :D

Hmmm... kayanya waktunya udah tepat nih buat cerita soal tantangan baru yang bakal saya, suami saya & Mye alami di bulan2 mendatang. Kan katanya orang tua, kalau belum diatas 12 minggu atau 3 bulan mah pamali yah cerita2 ke orang2 soal ini, tapi alhamdulillah 12 minggu sudah lewat nih jadi boleh donk ya saya cerita ke teman2.. Hehehe... Yup!! Tebakan teman2 benar!! Saya hamil!! :D

Whoaaa.. awalnya pas saya tau saya telat haid saya udah curiga banget, karena saya gak pernah telat, siklus saya tepat 28 hari, jadi buat saya telat 1 hari aja pasti ada sesuatu. Ternyata benar! Diawal tau kalau saya hamil agak kaget juga sih, suami juga gak expect, tadinya berencana punya anak kedua kalau Mye mungkin sudah 2,5 tahun atau 3 tahun. Tapi Allah berkehendak lain, alhamdulillah dikasih sekarang pas Mye masih 1,5 tahun. Kalau di hitung2 sih nanti kira2 lahir bulan Februari dan saat itu Mye sudah 2 tahun 2 bulan. Yah Mye gak kecil2 amat lah, udah bisa ngerti, insya Allah. :)

Tapi tetep aja ya rada panik karena saya belum pernah ke ginekolog di Jepang sebelumnya. Apalagi mencari ginekolog yang bisa bahasa inggris kayanya susah banget nih di kota kecil Atsugi ini. Saya ingat cerita tetangga saya yang orang Mexico itu katanya dapat ginekolog yang bisa bahasa inggris di Ebina. Hmm... repot juga ya masa buat cek up aja harus naik kereta dulu. Lalu saya mencoba email mantan sekretaris kantor suami saya untuk mencarikan ginekolog di daerah sekitar Atsugi atau di kota Isehara, di RS tempat saya dulu pernah operasi gigi. Walaupun ya Isehara apa bedanya dengan Ebina, harus naik kereta juga. Gak kebayang kalau udah kontraksi harus pergi jauh. Untungnya saya punya tetangga yang wonderful & helpful, Momoko!! :D Ternyata dia punya kenalan ginekolog yang bisa berbahasa inggris di RS dekat apartemen, RS Shounan Atsugi. RSnya kira2 10 menit naik bis dari rumah. 

Pertama kali datang ke RS saya ditemani Momoko karena untuk pertama kali datang ke RS kan perlu banyak bicara bahasa jepang dengan bagian pendaftaran, isi formulir2, dsb. Untung Momoko baik sekali mau menemani saya, padahal kita harus menunggu lumayan lama juga. Di hari pertama kita ke RS ternyata ada free shuttle bus yang menuju RS Shounan Atsugi lewat depan apartemen kita. Wah beruntung banget bisa naik itu, sayangnya shuttle bus hanya lewat setiap jam 9 pagi saja, satu kali sehari. Jadi kalau dapat janji dokter agak siang gak bisa naik shuttle bus deh. 
8 weeks 2 days
Sebenarnya punya anak di Jepang tadinya agak menakutkan bagi saya karena saya mendapat cerita dari 3 teman saya yang melahirkan di Jepang dan ceritanya kurang menyenangkan. Jadi katanya kalau melahirkan di Jepang kita bakal stay setidaknya 4-6 hari di RS dan katanya tidak boleh di temani oleh suami. Berbeda sekali ya dengan melahirkan di Belanda yang dalam 2 jam setelah melahirkan itu kita harus keluar dari RS dan ditemani oleh suami dari awal sampai akhir. Kemudian, cerita yang paling mengerikan buat saya adalah, katanya sang bayi yang baru lahir akan dipisahkan dari kita dan akan ditaro di ruang observasi selama 2 hari. Selama 2 hari itu, kita sebagai ibu pun bahkan tidak bisa menengok atau bertemu sang bayi, jadi boro2 bisa menyusui sang bayi. Kalau begitu bayinya di kasih susu formula donk?! Kata teman saya yang orang Mexico, Paola, buat perawat Jepang, ASI kita gak bakal langsung keluar pas setelah melahirkan. Ya ampun!! Itu mereka belajar dari mana ya?? Jadi bayi bakal di kasih susu formula atau air dengan gula!! Aduh!! Saya gak mau hal itu terjadi kalau saya melahirkan di Jepang. Saat dulu Paola melahirkan, dia sampai membuat perjanjian yang ditandatanginya dengan sang dokter bahwa dia menginginkan bayinya selalu dekat dengan dia dan dia hanya mau memberikan ASI dan tidak susu formula atau lainnya. Katanya, saat dia ingin menyusui bayinya pas baru melahirkan, sang perawat malah terlihat marah kepadanya dan mengatakan kalau ASInya tidak akan keluar dan tidak ada. Ya tentu saja gak akan keluar kalau gak dirangsang!! Gimana sih?! Koq disaat dunia sedang gencar2nya dengan Inisiasi Menyusui Dini dan ASI eksklusif di Jepang malah sebaliknya. 

Dari cerita2 tersebutlah saya jadi sedikit khawatir untuk melahirkan di Jepang, walaupun dalam hati kecil saya, saya ingin sekali mendapat pengalaman melahirkan di Jepang, pasti bakal jadi pengalaman baru yang seru. Tapi saya gak akan menyerah kalau seandainya di RS tempat saya cek up dan insya Allah akan melahirkan disana untuk tetap bisa memberi IMD dan ASI. Maka itu saat kunjungan pertama ke dokter yang saya tanyakan adalah prosedur melahirkan disini dan saya menceritakan pengalaman saya melahirkan di Belanda, juga saya menyampaikan keinginan saya seandainya saya melahirkan disini. Saya sedikit lega karena sang dokter mengatakan bahwa RS tempat saya periksa kehamilan adalah RS internasional dimana mereka mengerti hal2 seperti itu. Kebetulan dokter saya juga lulusan dari Amerika Serikat dan dia mengerti hal yang saya sampaikan. Katanya sang bayi akan tetap dekat dengan kita, saya bisa menyusui sang bayi kapan pun dan melakukan immediate breastfeeding. Walaupun dokter sudah berkata demikian, saya bakal tetap menekankan soal ASI dan IMD kepada dokter di hari2 kemudian. 
10 weeks 2 days
Pastinya selain ke RS kita harus mengurus surat2 untuk mendaftarkan kehamilan ke Pemerintah Kota setempat. Momoko membantu saya memberitahu kemana saya harus pergi dan dia juga yang menuliskan di secarik kertas apa yang harus katakan kepada mereka saat saya kesana. Pertama saya harus mendaftarkan kehamilan saya ke Hoken Center, tempat yang sama dimana Mye juga di periksa kesehatan saat usia 1,5 tahun. Disana saya mendapatkan buku ibu dan anak, booklet berisi kupon diskon pembayaran RS untuk setiap kali kita periksa ke dokter, buku periksa gigi untuk ke dokter gigi, dan sejumlah kertas2 informasi lainnya yang pastinya saya gak tau tulisannya apa karena gak ngerti. Hahahahaha... Tapi di hari itu saya dijelaskan oleh personil yang bekerja di Hoken Center bahwa setelah melahirkan saya akan mendapatkan popok dan tissue basah setiap bulannya dari City Hall selama satu tahun. Wow!! Senangnya!! :D Lumayan banget ya buat penghematan biaya popok selama satu tahun. Belum tau sih jumlah yang bisa kita dapatkan setiap bulannya berapa, berdasarkan teman saya yang tinggal di Sagamino sih kita bisa dapat 4 pak setiap bulannya, tapi buat saya satu pak saja rasanya cukup berarti. 

Teman2 pasti ada yang bertanya, koq dapat booklet diskon pembayaran RS segala sih?? Jadi ternyata di Jepang ini biarpun pakai asuransi, asuransi tidak mengcover 100% biaya pengeluaran kesehatan kita, jadi mereka hanya mengcover 70% saja. Jadi setiap kita ke RS atau ke dokter gigi atau dokter biasa kita tetap membayar cash 30%nya. Hmm... beda sekali dengan pas di Belanda ya, kalau periksa kehamilan gratiiiiissss. Kalau di Belanda ada istilahnya "Eigen Resico" atau "Own Risk" yang harus dikeluarkan dulu selama setahun sebesar, kalau tidak salah, 150 euro. Jadi kalau dalam setahun kita belum mengeluarkan own risk sebesar 150 euro maka jika kita berobat kemana2 jadi harus bayar dulu sampai mencapai jumlah 150 euro. Kalau sudah mencapai 150 euro lalu kita masih harus berobat nah baru deh yang lebihnya itu dibayarkan oleh asuransi, uang 150 euro yang sudah kita keluarkan sendiri gak dibalikin. 

Saya juga jadi sedikit heran sih, jadi apa gunanya asuransi ya kalau kaya gini, karena lumayan juga pengeluarannya jadi cukup besar untuk per kali kunjungannya. Well, apalagi kalau di kurs ke rupiah ya, shock banget deh tuh denger angkanya, tapi insya Allah sih kalau untuk gaji standar jepang masih ketutup. Cuma ini jadi sama aja kaya di Indonesia kalau kita gak pake asuransi kan jadi keluar uang buanyak yah. 

Oh iya, satu lagi yang menarik adalah saat kunjungan ketiga saya ke dokter. Waktu itu usia kehamilan saya 10 minggu dan saat itu saya harus melakukan banyak test, seperti test darah, pap smear dan test urin. Biayanya juga ternyata mahal sekali!! 17.000 yen sajah!! Segitu sudah di korting dengan kupon diskon sebesar 10.000 yen, bayangkan kalau gak di diskon. @_@ Setelah melakukan berbagai macam test, bidan lalu memberikan sebundel kertas yang isinya informasi tentang proses melahirkan. Bidan juga mencoba menjelaskan kepada kami isi dari bundelan kertas itu, tapi tentu saja pas sudah di rumah saya langsung ke Momoko untuk bertanya lagi supaya semua lebih jelas, maklum si bidan menjelaskannya dengan bahasa Jepang. Dari situ saya tahu kalau biaya persalinan plus kamar selama 6 hari itu adalah sekitar 480.000 yen. Untungnya di dalam bundel itu juga ada form aplikasi untuk meminta bantuan dari pemerintah untuk mengcover biaya persalinan sebanyak 420.000 yen. Walaupun gak full di cover, tapi patut di syukuri, daripada gak dicover sama sekali. Seperti misalnya pas di Belanda karena saya melahirkan di RS tanpa indikasi medis yang ada malah jadi keluar uang 300 euro. Tentang sistem penggantian uang dari pemerintahnya itu tergantung dari kebijakan RS, jika RS menerima direct paying dari pemerintah maka kita hanya tinggal membayar sisanya saja tapi kalau RS tidak memiliki sistem direct paying maka uangnya di reimburst melalui bank. 
13 weeks 2 days
Satu hal menarik lagi dari bundelan kertas informasi itu adalah ada form dimana kita bisa menuliskan seperti apa kita mau melahirkan dan seperti gimana nanti setelah melahirkan. Wah senang banget ya kalau saya bisa menuliskan hal2 yang saya inginkan. Pastinya saya bakal tulis kalau saya ingin memberi IMD dan ASI kepada anak saya dan saya tidak mau RS memberikan susu formula atau cairan lain kepada anak saya nanti. Oh ya, dokter juga bilang kalau saat melahirkan saya bisa ditemani suami, ibu saya bahkan Mye pun boleh nemani saya saat melahirkan. Mereka boleh ikut bersama saya di ruang melahirkan. Duh tapi kayanya Mye gak usah ikut aja ya, pasti ribet deh.. Hihihihi...

Itulah cerita tantangan baru yang harus kami hadapi selanjutnya. Kalau teman2 penasaran dengan kelanjutannya, tunggu cerita2 saya soal kehamilan, melahirkan dan membesarkan anak di Jepang ya.  ;D


1 comment:

  1. Qué raros son lso japoneses hasta para dar a luz... ¡¡tú sola durante todos los días en el hospital después de dar a luz! ¿Ni siquiera te dejan visitas? Me parece muy mal que no te dejen dar el pecho al bebé una vez dado a luz...
    aún así, me parece muy interesante cómo es la sanidad japonesa y me gustaría saber más. A ver si todo sale bien y nos cuentas cómo das a luz en un hospital japo! Besotes de mi parte y de la bebé
    Por cierto, estoy preparando posts para que sepas cómo se da a luz en España y lo puedas comparar ;)

    ReplyDelete