2011/07/04

My Experience Having a Baby in The Netherlands: Part 4. Belajar dari Kraamzorg

pengumuman di koran
Kita pulang ke apartemen dengan taksi yang dipesankan oleh kraamzorg. Pas keluar dari ruang bersalin rumah sakit sepiiiii banget. Maklum, hari kedua Natal, who would go to hospital on second day of Christmas if there is no emergency, right? Perjalanan pulang pun cepet banget karena jalanan lancar banget. Pas sampai di depan pintu apartemen, setelah Myesha dalam car seat, koper dan barang2 lain dikeluarin dari taksi, baru deh mikir, gimana ya bawa semua ini ke atas cuma berduaan aja? Solusinya adalah suami saya bawa semua barang2 yang berat dan saya cuma bawa satu tas kecil ringan yang tadinya isinya adalah perlengkapan kraampakket. Naikin 4 lantai waktu itu emang koq rasanya lama amat ya… hahaha.. secara naiknya juga pelan2 sambil takut2 jahitan luka melahirkan bisa kebuka. Tapi Alhamdulillah, sampai juga saya di lantai 4 dengan sendiri tanpa di gendong. :D

Pas baru masuk rumah rasanya sepi, selain karena hari itu hari kedua natal, masih pagi2 pula, juga karena gak ada yang nyambut, mungkin seandainya di Indonesia kita pasti disambut banyak orang… orangtua pastinya, sanak saudara, mungkin teman2 juga. Baby Mye saat itu masih tertidur pulas, bahkan saat saya pindahkan dari car seat ke baby box dia tetep tidur pulas. Kita tinggal nunggu kraamzorg datang aja nih.

Satu jam setelah itu, kraamzorg pun datang. Namanya Ria, lucu ya seperti nama Indonesia, orangnya ramah, periang, kira2 umurnya 50an, tingginya kira2 160cm. First impression terhadap Ria positif banget. Setelah Ria melihat baby Mye yang masih tidur, lalu menyuruh saya dan suami saya untuk tidur saja karena dia tau kita semalaman gak tidur, sementara dia beberes, dia bilang dia bisa menemukan apa saja yg dia butuhkan jadi kita gak perlu kawatir untuk kasih tau dia macem2. Wow, enak juga ya, orangnya ternyata cekatan & tau apa yang harus dilakukan tanpa kita banyak ikut campur. Setelah sekitar 1 jam tidur, lalu kita bangun karena baby Mye ternyata mulai bangun juga.

Ria mengajarkan saya dan suami saya bagaimana menggantikan popok. This is important one. Biasanya kalau saya lihat di Indonesia, kalau bayi digantikan popok, orang2 Indonesia cenderung mengangkat kaki bayi hingga pinggulnya juga terangkat untuk bisa menarik & menaruh popok, tapi ternyata itu SALAH. Yang harus dilakukan adalah memutar pinggul bayi ke kanan dan ke kiri untuk mengambil dan menaruh popok, sehingga kaki bayi tidak diangkat, apalagi pinggulnya yang masih ringkih juga jadi aman. Untuk membersihkan bagian intim & pantat bayi juga caranya dengan menekuk kaki bayi ke arah perut bayi, bukan diangkat ke atas. Hal ini terutama penting sekali untuk bayi2 perempuan agar pertumbuhan pinggulnya bagus dan hal ini setidaknya dilakukan hingga bayi berusia 3 bulan. Walaupun akhirnya saya melakukan hal tersebut hingga sekarang sampai Mye udah 1,5 tahun, karena dengan kebiasaan tersebut saya malah jadi gak tau gimana caranya koq kaki bayi diangkat2 keatas. Saat Mye dulu dirawat di rumah sakit saat kena DBD, para suster gantiin popok Mye dengan mengangkat kaki Mye dan saya malah melihatnya sangat takut & gak tega. Saya lihat juga di acara TV jepang tentang perawatan bayi, mereka juga melakukan step2 yang sama dengan yang pernah diajarkan oleh kraamzorg Belanda. Jadi berarti cara tersebutlah yang paling benar.

Hal kedua yang diajarkan Ria adalah how to breastfeed. Ria mengajarkan saya posisi2 yang nyaman untuk menyusui. Misalnya dengan senderan, menggunakan bantal dan kebetulan saya memang beli bantal untuk menyusui jadi bantal tersebut memang sangat membantu. Ria bahkan menaruh satu pak besar popok dispo diatas kaki saya supaya kaki saya lebih tinggi saat duduk sehingga membuat posisi menyusui lebih nyaman. Saya pokoknya di service bak princess oleh Ria.

Menyusui Mye pada awalnya memang agak susah karena Mye tidak mau membuka mulutnya dan mengulum puting payudara saya. Tapi kalau di test dengan mengenyot jari kita dia ada reflex menyedot. Kayanya itu memang kasus yang rada jarang mereka temui. Mye dicoba juga untuk menyedot dengan dot botol susu tapi ternyata gak mau juga. Ria memberi solusi untuk saya memompa ASI saya lalu diberikan ke baby Mye dengan disendokin. Tapi ASI saya ya pastinya masih sedikit, tapi Ria bilang gak masalah. Saat hari kedua bidan datang ke rumah untuk periksa baby Mye, bidan juga membawakan susu formula. Katanya gak apa2 kalau dikasih susu formula dulu dengan disendokin karena takut baby Mye dehidrasi, tapi bidan dan Ria selalu menekankan untuk terus mencoba, mencoba dan mencoba jangan putus asa untuk menyusui karena ASI adalah yang terbaik, susu formula adalah hanya untuk membantu saja. Akhirnya setelah 3 hari mencoba dan mencoba dan juga mencoba “berbicara” dengan baby Mye, baby Mye bisa juga mengulum & minum ASI saya!! Waahhh senang sekali rasanya!!! :D Setelah 3 hari pula akhirnya susu formula saya stop.

Ria mengajarkan saya untuk menyusui setiap 2,5 – 3 jam dan setiap kali menyusui untuk satu payudara waktunya adalah antara 10-15 menit. Seandainya baby Mye nangis saat diantara waktu menyusui mungkin kita bisa coba tenangkan dengan menggendong atau ajak bermain, karena kalau tiap kali nangis disusui takutnya kita bakal kerjaan kita jadi nyusuin terus. Kalau menurut saya sih mungkin jadi membuat bayi kita lebih teratur aja sih waktu menyusuinya, hmmm jadi kaya “ngatur” waktu laparnya tiap 3 jam, hal ini juga jadi bagus untuk saat tidur malam supaya gak kebangun terus tiap jam, tapi setidaknya bangun setiap 3-4 jam, dan hal itu yang Alhamdulillah terjadi dengan baby Mye tiap malam kira2 terbangun tiap 3-4 jam, jadi saya juga ada waktu untuk istirahat dan “nyetok” ASI dalam tubuh saya. Kalau seandainya bayi ketiduran saat baru menyusui satu payudara yang kita bisa lakukan adalah menyusui satu payudara 10-15 menit lalu ganti popok supaya bayi bangun lagi kemudian dilanjutkan dengan payudara satu lagi 10-15 lagi.

Saya mendapatkan pelajaran dari teman saya yang sudah melahirkan juga, kalau kraamzorgnya mengajarkan untuk menyusui berganti2 dengan cara misalnya yang pertama menyusui dengan payudara kiri kemudian payudara kanan, untuk menyusui selanjutnya dimulai dengan payudara kanan dulu baru dilanjutkan dengan yang kiri. Hal ini karena ada yang namanya foremilk dan hindmilk dimana foremilk adalah ASI yang agak lebih encer konsistensinya dan hindmilk adalah yang lebih kental dengan lebih banyak nutrisi. Jadi seinget saya, ASI pada payudara terakhir yang kita berikan ke bayi adalah yang memiliki hindmilk, sehingga nanti bayi bisa mendapatkan kedua foremilk dan hindmilk.  

Untuk tahap2 awal diantara waktu menyusui sebaiknya saya pompa ASI supaya ASI saya tambah banyak dan lancar. Hal itu bisa dilakukan selama 2 minggu sampai 1 bulan pertama. Dari kraamzorg kita juga dikasih booklet yang isinya jurnal tentang yang dilakukan selama 8 hari kraamzorg bersama kita. Booklet itu harus diisi oleh kita juga, terutama kolom2 tentang jam berapa saja kita menyusui, lamanya berapa lama tiap payudara, berapa kali ganti popok (beserta jam berapa saja diganti popoknya), berapa kali pipis dan poop, apakah kita juga mompa ASI (berapa kali mompa & jam berapa saja). Jadi mereka memang sangat detail tentang hal demikian. Bahkan kalau kraamzorg teman saya katanya sampai harus menuliskan warna poop sang bayi. Saya rasa itu untuk mengamati perubahan warna poop takut2 ada kasus seperti baby Bilqis (mungkin teman2 ingat soal penyakit kelainan hati yang dialami baby Bilqis) dimana ditandai dengan perubahan warna poop menjadi keabu2an pada 8-10 hari pertama kehidupan bayi.

Hal ketiga yang diajarkan Ria adalah memandikan bayi. Yang pertama diajarkan untuk memandikan bayi adalah suami saya, karena takutnya saya masih belum cukup kuat untuk menggendong bayi di dalam bak mandi, saya malah disuruh rebah2an saja.. hahaha… Tapi saya tetap pengen lihat. Berbeda dengan bak mandi bayi pada umumnya, bak mandi bayi di Belanda ada yang bentuknya bulat seperti ember yang besar, jadi biasanya bayi newborn sampai 3 bulan biasanya dimandikan di dalam bak mandi bulat lalu setelah 3 bulan baru pakai bak mandi lonjong. Awalnya emang ngeri banget lihat bayi dimandikan dengan cara di cemplung begitu, tapi ternyata lama2 nyaman juga melakukannya. Karena saat itu musim dingin, Ria menyarankan untuk tidak memandikan baby Mye setiap hari, jadi diselang seling, sehari mandi, sehari lap. Hal ini untuk mencegah kulit bayi menjadi kering. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah letak bathtub bayi yang setidaknya sepinggang kita supaya kita pas mandikan bayi tidak bungkuk. Bayi juga biasanya tidak di lap dengan handuk, yang seperti biasanya dilakukan di Indonesia, tapi di lap hanya dengan hidrofiel luier atau sejenis alas ompol yang 100% katun dan lembut untuk kulit bayi.

aluminium bedkruik
Hal rutin lainnya yang dilakukan kraamzorg adalah mengecek suhu tubuh bayi. Saat baby Mye lahir suhu tubuhnya memang rendah, well, untuk ukuran di Belanda rendah, yaitu 36.1. Karena saat itu musim dingin harusnya setidaknya diatas 36,5. Jadi untuk menghangatkan tubuh baby Mye perlu sweater wool atau selimut wool, pokoknya yang terbuat dari wool asli untuk nyelimutin Mye. Ditambah 2 botol bedkruik (penghangat kasur) yang di isi air mendidih lalu dibungkus dengan hydrofiel luier (alas ompol) supaya aman untuk kita dan bayi, juga supaya gak ngegelinding ke arah bayi. Jarak antara botol penghangat dengan bayi juga harus sekitar lebar satu telapak tangan hingga satu jengkal.  Jadi suhu yang normal untuk bayi adalah antara 36.5 hingga 37.2, setelah baby Mye mencapai suhu badan sekitar 37 derajat akhirnya sweater wool gak diperlukan lagi, jadi hanya menggunakan selimut biasa dan bedkruik dua di kanan kiri Mye.

Selain merawat bayi, kraamzorg juga memeriksa keadaan sang ibu. Jadi setiap pagi Ria memeriksa jahitan saya, mengecek denyut nadi, memeriksa bagian perut saya, payudara saya. Jadi kraamzorg juga memastikan kalau sang ibu dalam keadaan sehat dan fit.

Kraamzorg juga membersihkan rumah, mengganti sprei & membersihkan tempat tidur, membersihkan kamar mandi, menyetrika, mencuci piring, mencuci baju (dengan mesin cuci pastinya) dan bahkan memasak jika kita mau dia memasak. Jam kerja kraamzorg adalah antara 3-8 jam sehari. Karena rumah saya kecil dan tidak banyak yang dilakukan maka kraamzorg hanya bekerja 3 jam sehari saja. Pembayaran kraamzorg sekitar 70-80%nya ditanggung oleh asuransi, nah jadi lumayan juga sih mengurangi biaya pengeluaran untuk kraamzorg.

Sayangnya Ria harus libur saat tahun baru tiba. Ria memang kena shift bekerja saat liburan Natal tapi libur saat liburan tahun baru, jadi saat tahun baru kraamzorgnya ganti. Padahal sayang banget tinggal 3 hari lagi eh Ria harus pergi, dan kita sebenernya senang banget dengan Ria karena orangnya cekatan, kalau kerja gak banyak ngomong tapi beres rapih dan bersih, gak perlu banyak instruksi tapi dia bisa baca pikiran kita apa aja yang perlu dilakukan. Sedangkan kraamzorg yang kedua (saya lupa namanya) orangnya lebih muda, belum menikah dan sayang sekali cara bekerjanya tidak sebagus Ria. Kali ini perlu banyak instruksi, banyak memberitahu & orangnya banyak ngobrol tapi kerjaanya sedikit. Oh ya, satu lagi, sepertinya dia banyak mengeluh karena untuk menyetrika baju saja dia bilang kalau dia sendiri gak pernah menyetrika baju. Huh! Agak menyebalkan ya. Tapi ya mau gimana lagi, toh tinggal 3 hari lagi dan saya dan suami saya harus kuat2in saja. 


to be continued... 

1 comment:

  1. Jadi tahu banyak berkat tulisan dirimu say, penasaran mau liat isi bookletnya & info2 yang lainnya.

    ReplyDelete