2011/04/23

Escape to Kyoto!!

Kinkakuji Temple, Kyoto
Sejak adanya gempa besar & tsunami di Jepang, tinggal di Atsugi memang jadi kurang nyaman, padahal Atsugi sebenernya jauh dari daerah yang terkena gempa & tsunami. Sekitar 2 atau 3 hari setelah tsunami, barang2 di supermarket2 di Atsugi pun tiba2 jadi cepat habis, terutama makanan siap jadi, ramen, susu, yogurt dan air mineral. Mereka jadi nimbun makanan dirumah karena takut & malas keluar rumah. Simpang siur berita pemadaman listrik bergilir juga bikin tambah pusing ajah. Banyak tersedia website untuk melihat daerah2 mana saja & kapan saja terkena pemadaman listrik dalam bahasa inggris tapi ternyata listrik gak mati tuh. Suami juga dianjurkan tidak masuk kantor selama seminggu setelah tsunami karena takut ada pemadaman listrik di kantor dan nanti tidak bisa keluar kantor karena semua sistem pintu di kantor pakai automatic door. Tapi tiap hari ditungguin dan bersiap2 untuk pemadaman listrik tapi ternyata gak, setelah beberapa hari kita baru sadar sepertinya pemerintah Jepang itu lebih menganjurkan ke arah menghemat listrik supaya daerah2 yang terkena dampak lebih besar bisa dapat supply listrik juga, tapi mereka tidak akan mematikan listrik selama kita bisa menghemat listrik. Alhamdulillah sih gak jadi mati listrik karena kita sendiri kurang siap kalau mati listrik, persediaan lilin kita sedikit sekali dan kita gak punya senter. Lilin dan senter pada habis ludes dimana2. Kita telat dalam mengantisipasi yang satu ini. Setiap kali kita coba cari senter dan lilin di supermarket atau toko serba 100 yen, selalu gak ada. Sampai suami saya itu beli lampu dekorasi karena itu satu2nya yang tersisa!!!! Yah daripada gak dapat sama sekali kan. Hampir tiap hari kita coba terus cari senter dan lilin, kira2 setelah 5 hari saya ke toko serba 100 yen, tau2 penjaga toko sedang naro senter2 baru, ya ampun itu langsung di serbu orang2. Mana saingan saya itu kakek2 dan nenek2, terpaksa rada ngalah dikiiiitttt walapun teteeepp saya dempet teruuusss biar bisa dapat senter. Hahahaha...

Gempa susulan juga masih terus ada, siang dan malam, ada yang besar ada yang kecil. Kalau kita pasang tv itu selalu aja ada bunyi warning gempa atau tsunami warning. Alarm gempa di HP juga bunyi terus. Pokoknya bikin tegang aja setiap saat. Belum lagi berita penyebaran radiasi nuklir yang semakin hari sepertinya penyebaran semakin luas dan dosisnya semakin tinggi. Berita dari tv Jepang jelas2 kita gak ngerti, jadi kita cari sumber informasi dari website2 berita dari luar negeri. Dari website NHK yang berbahasa inggris sih ada beritanya, tapi kita suka ngerasa kalau pemerintah Jepang itu seperti menutup2i keadaan yang sebenarnya jadi kita skeptis nanggapin berita dari media Jepang. Sampai akhirnya kira2 seminggu setelah tsunami, suami baca berita dari media US yang mengatakan kalau dalam 48 jam masyarakat yang tinggal di radius 300-350 km dari pusat reaktor nuklir yang meledak tidak mengevakuasi diri, maka bisa membahayakan diri. Atsugi berada pas banget di batas itu, kira2 350km dari tempat reaktor nuklir yang meledak. Sesaat setelah baca berita itu kita langsung diskusi dengan teman orang Korea yang punya istri & anak juga dan kita langsung memutuskan untuk langsung packing dan kabur ke Kyoto. Dalam 2 jam saya buru2 packing baju untuk setidaknya seminggu dan segala perlengkapan Mye juga surat2 penting. 

Teman kita yang orang Korea itu bahkan sudah mempersiapkan diri untuk pulang ke Korea melalui bandara di Osaka, terutama sih istri dan anak2nya. Dalam pikiran kita seandainya situasi memburuk kita juga bakal langsung cabut ke Indonesia melalui Osaka. Kebetulan ada konsulat jenderal RI di Osaka, jadi kita bisa minta pertolongan dari sana. Saya juga langsung menghubungi keluarga di Jakarta kalau kita mau ngungsi ke Kyoto dan saya hubungi kakak saya di Santiago, Chile. Kakak saya kebetulan bekerja di KBRI Santiago, Chile dan untungnya dia punya teman di KJRI Osaka. Kakak saya menghubungi temannya dan kasih tau kalau seandainya kita butuh bantuan kita mohon bantuannya. 

Gak sangka perjalanan pergi ke Kyoto itu kaya beneran kita itu "kabur" dari sesuatu yang sangat gawat. Padahal kalau liat reaksi orang2 yang tinggal di Atsugi itu masih pada santai2. Kita naik bis dari depan apartemen ke stasiun kereta HonAtsugi. Setibanya di stasiun, eh ternyata tidak ada kereta ke arah Odawara karena adanya penghematan listrik!!! Jadi untuk sampai ke Kyoto kita harus naik kereta dulu ke Odawara, lalu naik Shinkansen dari Odawara ke Kyoto. Nah kita bingung kan gak ada kereta ke Odawara, udah gitu itu orang yang di bagian informasi gak bisa bahasa inggris, kita gak ada yang bisa bahasa jepang. Tapi akhirnya kita ngerti kalau baru ada kereta ke Odawara pk.19.30. Ya ampuuunnn itu mah jam berapa bisa sampai ke Kyoto. Lalu mereka menyebut kata "basu"... owh!! bus!! Spontan saya tanya nomor berapa ke mana dan saya minta dituliskan supaya saya ngerti. Jadi katanya kita harus naik bis dulu ke kota Hiratsuka, dari Hiratsuka baru naik kereta ke Odawara. Jadilah kita buru2 deh antri bis ke Hiratsuka. Ya ampuuun itu kita udah bawa2 koper gede, gendong anak, bawa baby stroller... naik bisnya penuh pula... gak tau Hiratsuka itu di sebelah mana Atsugi. Itu perasaan udah kaya bener2 bertualang seperti di film2 untuk mencari keselamatan dari kejaran pembunuh bayaran... lebaayyy... hahaha... Perjalanan bis ke Hiratsuka kira2 makan waktu 1 jam, melewati jalan2 kecil, seperti melewati desa2 kecil kaya di Indonesia. 

Sampai di Hiratsuka ternyata kereta ke Odawara masih lama dan kita memutuskan untuk membeli tiket Shinkansen di stasiun Hiratsuka karena takut kalau tiket bakal sold out, terutama yang reserved seat. Dalam pikiran kita, orang2 jepang juga bakal pada panik dan bakal pada kabur ke daerah Kyoto atau Osaka, jadi lebih baik kita membeli lebih awal daripada gak kebagian. Alhamdulillah kita dapat tiket Shinkansen. Pas naik Shinkansen ternyata dugaan kita salah, itu kereta Shinkansen yang reserved seat ternyata masih sepiiiiii. Kita bahkan bisa duduk di tempat lain.. hahaha... Ternyata orang2 Jepang tidak panik seperti yang kita pikirkan. 

Sekitar jam 9 malam akhirnya kita sampai di Kyoto. Kita udah booking hotel sebelumnya dan hotel tempat kita menginap tempatnya agak jauh dari Kyoto train station, kita harus naik kereta lagi sekitar 15 menit. Uuuffhhh akhirnyaaa sampai juga di Kyoto setelah kita itu seperti dikejar2 apaaa gituuu... :)  Sampai di Kyoto gak membuat kita itu langsung tenang, kita bahkan masih merasa kalau tanah itu bergetar terus!!! Ya ampun padahal kita itu udah jauh banget dari daerah gempa dan di daerah Kyoto gak ada gempa susulan.

Jauh hari sebelumnya kita emang udah rencana mau ke Kyoto & Osaka, tapi di bulan April, karena pada akhir april di Jepang ada libur panjang, sekitar 10 hari. Kebetulan banget pas di saat kita ngungsi (waktu itu hari kamis), hari senin nya adalah libur, jadi ada long weekend. Sedangkan jumatnya yang kejepit ya suami gak masuk kantor karena toh jadwal masuk kantor tidak jelas selama seminggu itu. Bisa dibilang kaburnya kita ke Kyoto itu sekaligus liburan yang dimajukan... hehehe...

Kyoto adalah kota yang indah, banyak sekali kuil2 tua dan bangunan2 bersejarah. Kotanya sangat menarik dan kita memanfaatkan waktu untuk sebisa mungkin mengunjungi semua tempat2 yang menarik. Walaupun kalau bawa anak itu emang gerak kita gak bisa secepat pas cuma jalan2 berdua aja, jadi gak semua tempat wisata bisa kita kunjungi. Selain ke Kyoto kita juga sempatkan diri ke Nara untuk melihat Deer Enclosure dan Todaiji temple yang sangat tua. Setelah 4 hari berlibur menenangkan diri dari semua hiruk pikuk di Atsugi, akhirnya kita memutuskan untuk pulang ke Atsugi. Dari Kyoto kita selalu mantau keadaan radiasi nuklir dan gempa2. Dari pantauan gempa2 susulan sudah banyak berkurang dan radiasi juga sudah mulai turun, walaupun untuk air keran sebaiknya tidak diminum dulu dan harus berhati2 membeli sayuran karena harus tau dari daerah mana sayurannya, jangan sampai sayurannya berasal dari daerah yang terkena radiasi parah seperti dari perfektur Fukushima. 

Perasaan pas sampai lagi di Atsugi itu seperti gimanaa gitu... Rasanya masih pingin leyeh2... tenang2... santai2... nikmatin liburan... mungkin saya lebih milih untuk kembali ke Jakarta dibanding kembali ke Atsugi. Walaupun saya sebenarnya suka dengan kehidupan Atsugi yang tenang, santai, aman & nyaman, asalkan gak berhubungan dengan orang jepang yang tidak bisa bahasa inggris... hahaha... Tapi kalau balik ke Jakarta yang pasti saya gak bisa leluasa lagi jalan2 berdua dengan Mye, belanja grocery ke supermarket melewati ladang2 milik penduduk sekitar, melihat halaman rumah penduduk sekitar yang penuh tanaman unik2, jalan di jalur pedestrian dengan nyaman tanpa gangguan pedagang kaki lima atau motor yang tiba2 nyelonong, main di taman bermain... kalau di Jakarta yang ada jadi nge-mall melulu deh. :P

No comments:

Post a Comment